"Hai..." Aku menghampiri Theo yang sedang duduk di salah satu kursi di sudut ruangan restoran itu.
Hari ini sesuai dengan janji kami, kami berdua harus bertemu.
"Hai Bae..." Dia tersenyum saat melihatku.
"Apa kamu menunggu lama?"tanyaku.
"Tidak, aku juga baru sampai sekitar 5 menit yang lalu."
Dia masih tetap tersenyum sembari melihat jam tangannya memastikan kedatangannya.
"Oke... Apa kita mau makan dulu?" Aku mengangkat alisku memastikan keputusannya.
"Oke..."
Setelah kami melihat daftar menu makanan yang ditawarkan, kami pun memesannya.
"Bagaimana hari ini?" Aku bertanya membuka topik pembicaraan kami.
"Lumayan... Aku tadi sudah berkeliling kantor dan sudah beberes juga, besok tinggal kerja."
"Hmmm, gimana menurutmu kantorku?"
"Mmmm..." Dia mengelus keningnya.
"Tidak buruk, sejauh ini aku merasa nyaman, walaupun kantorku sebelumnya lebih besar."
"Oh iya, terus kenapa kamu pindah?"
"Sebenarnya, aku dipecat." Ekspresinya terlihat sangat serius. Aku tidak dapat berkata apa-apa.
Apa sebaiknya aku ganti topik pembicaraan saja, batinku.
Tiba-tiba dia tertawa.
"Hahaha... ya enggaklah. Aku dipindahin ke kantor kamu, gak mungkin aku dipecat."
Aku mengangkat alisku, ragu akan apa yang dia katakan barusan.
"Kenapa tidak mungkin?" Aku masih tetap melihatnya.
"Yah..."
Dia menghentikan ucapannya karena makanan kami telah datang.
Setelah makanan sudah tertata rapih di meja kami berdua, pelayannya pun pergi.
"Kenapa?" Aku masih penasaran.
"Kita sembari makan yuk, lapar nih."
"Oke..."
Aku melihat makanan yang disediakan di meja, waw... sangat menggiurkan.
Aku mulai memasukkan makanan itu sedikit demi sedikit ke mulutku, dan ternyata rasanya sangat enak pake banget pula.
"Hmmm enak..." Aku mengeluarkan suaraku membuat Theo terkejut dan melihatku.
"Hahaha... enak? Kalau kamu mau kita minta lebih."
"No... tidak usah. Aku cukup segini saja."
Sebenarnya menurutku ini sangat cukup, lagian harga makanan ini pasti mahal, dan mungkin jika aku memintanya lagi, uangku tidak akan cukup.
"Jadi..." Aku melihatnya, berharap dia melanjutkan ceritanya yang terpotong tadi.
Dia berhenti makan, mengunyah semua makanan yang ada di mulutnya dan mulai berbicara.
"Aku dipindahin ke kantormu karena salah satu proyekku gagal dan tidak diterima di sana. Sebenarnya ini kesepakatanku dengan CEO di sana, dan yahhh... karena aku kalah jadi aku harus siap untuk pindah."
"Hmmm begitu. Tapi, bukankah CEO itu baik? Masih mengijinkanmu pindah?"
Dia tersenyum sinis dan melihat ke arah piring di depannya.
"Yah, mungkin memang dia baik." Nada ucapannya terdengar sinis.
"Ya udah, gak apa-apa. Kamu tunjukin aja kemampuan kamu di kantorku, mungkin kalau kamu sukses di kantorku, dia akan menarikmu kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amore
عاطفية"Oke deal. Kalau dari aku, pertama, tidak ada seks selama pacaran, tidak ada megang payudara atau kemaluan. Itu dilarang." Dia terlihat syok melihat aku mengungkapkan semua itu secara terbuka dan tidak ada keraguan di raut wajahku.