Whistle 휘파람

553 52 38
                                    

Kring kring... kring kring...

Nyaring suara bel sepeda yang dibunyikan oleh anak laki-laki bermata panda ini. Dengan riang, kakinya terus mengayuh sepeda city bike'nya mengelilingi desa, kepalanya sedikit menengadah untuk menikmati semilir angin sejuk yang berhembus, menerpa wajahnya. Matanya terpejam sejenak dengan seulas senyum.

Belum selesai dia menikmati jalan-jalan sorenya, anak laki-laki ini terkejut melihat seekor kucing melintas di depannya. Dengan cepat dia menekan rem sepedanya, dia tak mampu mengendalikan sepedanya yang terus bergoyang kesana kemari hingga akhirnya...

Gubraaak...

Benda beroda dua itu menabrak sesuatu. Saat itu tanpa disengaja ada seorang anak laki-laki yang baru saja hendak masuk kedalam rumahnya kembali menoleh ke arah suara. Lalu berlari mendekati arah suara itu. Dilihatnya seorang anak kecil yang nampaknya tidak asing bagi Jiyong sedang menangis karena lutut dan sikunya terluka.
Ternyata anak itulah yang menabrak rumahnya.

Jiyong segera menghampiri anak laki-laki yang masih terduduk di jalan sambil memegangi lututnya yang nyeri dan berdarah.

"Heii... kau tidak apa-apa? Coba kulihat." ucapanya sambil melirik luka di lutut anak laki-laki itu.

"Hiks... sakit... hiks..." anak itu masih nangis terisak mengusap air matanya yang keluar dengan punggung tangannya.

"Jangan menangis, ikut aku. Kita obati lukamu, okey." bujuk Jiyong, membantu anak itu berdiri, mengangkat sepedanya dan membawa serta kedalam rumahnya.

"Tunggu disini, aku akan ambil kotak obat." Jiyong meminta anak laki-laki itu menunggunya di teras rumahnya yang cukup luas.

Kemudian jiyong keluar sembari membawa kotak obat dan segelas air putih.

"Minumlah dulu, dan aku akan mengobati lukamu."

Anak itu mengambil gelas air yang disodorkan jiyong sembari mengucapkan terimakasih dan meminumnya sampai tandas. Jiyong hanya tersenyum melihatnya.

"Awww...perih." Anak kecil itu meringis menahan perih, air matanya hampir meluncur lagi.

"Tahan sedikit ya." Jiyong meniup luka dilutut anak itu

"Siapa namamu? Aku Jiyong. Kwon Jiyong."

"Lee Seungri. Eomma dan appa ku biasa memanggilku Riri." anak bernama Seungri itu menatap Jiyong yang masih mengobati lukanya dan menutup dengan plester lalu beralih pada lukanya sendiri.

"Oke, sudah selesai." Jiyong tersenyum kecil menatap Seungri.

"Terimakasih."

"Lain kali hati-hati. Di mana rumahmu? Biar ku antarkan."

"Tidak perlu, aku bisa sendiri." baru Seungri akan berdiri, luka di lututnya kembali nyeri dan nyaris terhuyung. Untung Jiyong dengan sigap menyanggahnya.

"Lututmu masih sakit, biar aku yang antar saja." Jiyong mengambil sepeda Seungri dan mulai menaikinya. "Ayo cepat naik, sudah sore. Nanti eommamu mencarimu."

Tidak mau membuat Jiyong menunggu, Seungri naik di atas boncengan sepedanya sendiri dan Jiyong mulai mengayuh sepedanya.

"Di mana rumahmu?" tanyanya kembali.

"Satu blok dari sini, belok kanan dan kau tinggal lurus saja." jelasnya Seungri.

"Kenapa kau bisa menabrak pagar rumahku?"

"Aku tidak sengaja melihat kucing yang sedang menyebrang. Aku tidak bisa mengendalikan sepedaku." Seungri menceritakan yang terjadi sambil kedua tanganya berpegangan pada sisi baju Jiyong. "Ah itu rumahku." tunjuk Seungri.

UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang