Memory 기억

408 41 40
                                    

"Jisungie, palliwa! Kau bilang ingin bertemu appa."

"Ne, eomma. Sebentar lagi Jisung keluar." teriak si anak.

Tak selang berapa lama, Jisung keluar dari kamarnya dan sudah terlihat sangat rapih. Dengan kemeja putih berbalut sweater coklat muda dan celana panjang yang senada dengan atasanya

"Sudah siap?"

"Siap eomma."

"Kita berangkat, kajja!" sang ibu menjulurkan tangannya untuk menggandeng tangan putranya.

"Park ahjussi, nanti kita mampir di toko bunga dulu ya." pinta tuan mudanya pada si supir pribadi.

"Baik Tuan muda."

"Kau ingin beli bunga?"

"Ne, eomma. Aku ingin beli bunga daisy untuk appa. Aku sudah kumpulkan uang untuk membelinya."

"Omo, Jisungie. Appa pasti akan senang sekali."

Sesuai perintah Jisung, si supir menghentikan mobilnya tepat di depan toko bunga langganan mereka.

"Selamat pagi ahjumma." sapa Jisung pada penjual bunga.

"Eoh, selamat pagi Jisungie, selamat pagi nyonya Lee. Mencari bunga daisy?"

"Iya ahjumma, hari ini appa ulang tahun. Aku ingin memberikan bunga daisy sebagai hadiah."

"Nah... ini. Ahjumma sudah siapkan."

"Terimakasih ahjumma."

"Tidak terasa ya, sudah satu tahun." ujar si penjual bunga pada Seungri.

"Kau benar. Kalau begitu kami permisi dulu."

"Ne."

Mereka berpamitan setelah Jisung membayar bunga yang dibelinya dari hasil jerih payahnya. Seungri dan Jisung melanjutkan perjalanannya untuk menemui orang yang paling mereka sayangi.

"Appa, selamat ulang tahun. Aku beli bunga ini untuk appa. Semoga kau menyukainya. Lihat appa, aku sudah besar. Aku merindukanmu appa." air mata Jisung mengalir di kedua pipinya ketika dia meletakkan buket bunga daisy kesukaan appa'nya di tempat peristirahatan terakhirnya.

"Sayang, selamat ulang tahun. Apa kabarmu di sana? Aku sangat merindukanmu. Tidak terasa satu tahun sudah kau meninggalkan kami. Anakmu juga sudah semakin besar."

"Eomma, eomma jangan nangis. Nanti appa sedih."

"Kau juga sayang."

Namun orang yang diajak bicaranya tidak membalas ucapan anak dan istrinya. Hanya wajahnya yang tersenyum dibalik bilik kaca.

 Hanya wajahnya yang tersenyum dibalik bilik kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


1 tahun yang lalu

"Jisungie, jumat ini bagaimana kalau kita berlibur ke Gyonggi? Kau mau kan?"

"Horeee... kita liburan. Tentu saja appa."

"Sayang, kau yakin bisa meninggalkan pekerjaanmu?" tanya Seungri, ragu akan suaminya yang sibuk itu bisa meninggalkan pekerjaannya.

"Aku bisa menyerahkan pada asistenku. Lagipula aku bisa memantaunya dari jauh. Kita sudah lama tidak berlibur kan." jelas Jiyong.

"Memang sih, baiklah aku akan siapkan keperluan yang akan dibawa."

....

Hari yang di nanti pun tiba. Jiyong beserta keluarga kecilnya berangkat menuju Gyonggi dengan mobil pribadi mereka tanpa disupiri. Cuaca yang semula cerah, tiba-tiba berubah. Hujan deras mengguyur jalan, jarak pandang semakin pendek. Tanpa disadari Jiyong, ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang dari arah berlawanan dan...

Braakkk

Kecelakaan pun tak dapat dihindari. Mereka dilarikan ke rumah sakit terdekat. Seungri mengalami luka robek pada dahinya akibat pecahan kaca mobil, Jisung hanya mengalami luka ringan.

Namun sangat disayangkan, Jiyong mengalami luka parah. Dadanya yang membentur setir mobil mengakibat benturan sangat keras hingga terjadi pendarahan pada paru-parunya. Malam itu dokter menyatakan kematiannya.

Kepergian Jiyong merupakan pukulan bagi Seungri, wanita yang dinikahinya satu tahun setelah perusahaannya berdiri. Mereka dikarunia seorang putra, Kwon Jisung yang saat ini usianya sudah tujuh tahun.

Selama satu bulan Seungri mengalami depresi karena kepergian suaminya, hingga sang anaklah yang membangkitkan dirinya dari keterpurukan. Sejak itu pula Seungri yang memegang tampuk kekuasaan Kingdom Company milik Jiyong.

......

"Sudah?"

"Ne, eomma. Nanti kita datang lagi ke sini. Appa, aku pulang. Saranghae." ucap Jisung berpamitan pada Jiyong.

"Sayang, aku pulang. Nanti aku akan kembali lagi." mereka meninggalkan rumah abu.

"Park ahjussi, langsung menuju kantor."

"Ye, samonim."

"Kenapa ke kantor appa, eomma?"

"Eomma ingin mengenalkanmu pada perusahaan appa. Karena saat besar nanti, kau yang akan menggantikan eomma. Arraseo."

"Ne, arraseo eomma."

Bahkan Seungri dan Jisung pun tidak akan pernah tahu jika Jiyong terus tersenyum melihat keduanya dari langit biru nan cerah pagi itu.






Written by

Sunteashi

기억

2020 년 4 월 21 일

Annyeong, Sunteashi-imnida...

Mianhae untuk story tersingkat ini. Aku buat ketika terbangun dari tidur setelah bermimpi mendiang papa.

Sebenarnya paling gak mau buat story sad ending seperti ini. Tapi gak tau kenapa jari dan hatinya bertolak belakang, sampai jadi cerita absurd macam ini.

Semoga berkenan.

Ayo, tinggalin jejak. Jangan cuma liat trus hilang gitu aja. Kritik dan saran, juga komen yang membangun dipersilakan.

UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang