Out of Control

407 31 24
                                    

Nada dering dari ponselnya terus mengusik Jiyong pagi itu. Sebenarnya dia sangat enggan membuka matanya hanya sekedar untuk menjawab panggilan. Dirabanya meja kecil di sebelah kasurnya, dengan asal dia menggeser tombol hijau dan menjawab panggilan itu.

"Ya..." suaranya terdengar parau saat menjawab.

"Jiyongie-ah, cepat bangun dan pergi ke lokasi yang aku kirimkan." Jiyong sangat mengenal suara dikejauhan itu.

"Wae hyung, masih ngantuk ini."

"Segera datang. Ini menyangkut Seungri, tunanganmu. Dia dalam bahaya." Lantas kedua mata Jiyong segera terbuka lebar saat mendengar nama Seungri disebut.

"Seungri? Wae? Ada apa dengannya?" Jiyong bahkan sudah terduduk di kasurnya.

"Cepat kemari, aku akan ceritakan kronologinya."

"Tunggu aku, aku akan segera datang," ucap Jiyong segara turun dari kasur. Sebelumnya dia juga melihat pesan yang dikirimkan si penelpon dan titiknya berada di distrik Mapo.

Sepuluh menit kemudian, Jiyong sudah berada di mobil SUV hitamnya. Bergerak menuju titik yang diberikan. Setiba dilokasi sudah banyak polisi dan juga beberapa tim NIS berkumpul. Jiyong termasuk salah satunya, bahkan yang terbaik di dalamnya.

"Tuan Choi, Tuan Kwon sudah tiba," ujar salah satu anak buahnya. Beberapa kepala melihat ke belakang tepat Jiyong baru saja turun dari mobil dengan kemeja, celana dan kacamata hitamnya.

"Bagaimana Seungri?" tanya Jiyong tiba dikerumunan tim.

"Akhirnya kau datang juga. Kami masih memantaunya," balas Seunghyun si kepala tim NIS.

"Apa yang mereka inginkan?" Kini dirinya yang sedang berkacak pinggang.

"Aku sempat berbicara dengan salah satu penyanderanya. Yang diinginkan bukanlah Seungri, melainkan dirimu!" jelas Youngbae yang berperan sebagai negosiator.

"Aku? Jadi dia menyandra Seungri hanya untuk memancingku?"

"Iya, hanya itu yang mereka inginkan."

"Sudah tahu siapa pelakunya?"

"Seunghyun hyung sedang mencari datanya."

"Daesung mana?"

"Dia sudah bersiap dengan senjata snipernya, hanya tinggal menunggu perintah," tunjuk Youngbae ke arah Daesung. Jiyong berjalan menuju Daesung.

"Dae, biar aku lihat dulu."

"Ne, hyung." Daesung menggeser badannya untuk memberi akses pada Jiyong. Kini Jiyong melihat berapa banyak tersangka di dalam gedung itu dengan bidikkan snipernya. Kedua alis Jiyong mengerenyit.

"Ma Dong Sik?" gumamnya.

"Hyung tahu pelakunya?" tanya Daesung.

"Dia adik dari Ma Dong Chan." Jiyong kembali bangun dari posisinya. Dia menghampiri tim yang lainnya.

"June berikan aku alat komunikasi. Bae-ah, hubungi aku dengan pelaku. Aku ingin bicaranya dengannya," perintah Jiyong.

"Ada apa, Jiyongie-ah?" tanya si sulung.

"Aku sudah tahu siapa pelakunya. Dia Ma Dong Sik, adik dari tersangka peledakan gedung pertemuan tahun lalu."

"Ah aku baca dokumennya."

"Iya, dan yang memimpin penyerangan saat itu aku hyung."

"Jadi itu artinya dia ingin balas dendam padamu?"

"Kurasa begitu."

"Jiyongie, sudah terhubung," ucap Youngbae.

Dengan sangat cepat semuanya dilakukan atas perintah Jiyong. Youngbae segera menghubungi pelaku dan memberikan telponnya pada Jiyong.

UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang