Scent of His Body

399 32 65
                                    

Srekk ...

Kaki putih mulus itu turun dari kasur, menapakki lantai granit yang menghiasi kamarnya. Bukan hanya kamar, tapi juga seluruh rumahnya. Di sisinya, seorang lelaki sedang tidur nyenyak, tidak sadar jika dirinya beranjak meninggalkan laki-laki yang sudah menjadi suaminya tiga bulan lalu.

Tap ... tap ... tap ...

Langkahnya semakin cepat, bahkan dia setengah berlari. Menahan mulutnya dengan satu telapak tangannya. Sesuatu memaksanya untuk keluar. Dengan cepat tangannya meraih kenop pintu kamar mandi yang ada di kamar pribadinya. Buru-buru bersujud di depan kloset dan seketika hal yang mendesak itu keluar juga.

"Hoek ... hoek ...," dia mengeluarkan isi perutnya.

Ini baru jam dua pagi dan Seungri sudah harus berhadapan dengan toilet. Dua hari sudah hal ini terjadi. Dia bahkan tidak tahu apa yang salah dengannya. Lagi, rasa itu mendesak keluar.

"Hoekk ... hoekk ...." Bukan makanan yang keluar, hanya cairan bening menuju kental saja yang keluar.

"Hei, baby ... kau tidak apa-apa?"

Panggilan Jiyong, suaminya tidak dia pedulikan. Dia masih saja berdiam di depan kloset, wanti-wanti jika dia akan muntah lagi. Wajah putihnya semakin pucat. Tentu Jiyong khawatir.

Dia menyadari sang istri tidak berada di sisinya saat mendengar suara dari dalam kamar mandi. Jiyong menerobos masuk, melihat istrinya berjongkok, dia hampiri. Dipijatnya tengkuk Seungri, berharap istrinya merasa lebih baik.

"Sudah baby? Masih mau muntah lagi?"

"Tidak oppa, sudah tidak ada yang keluar." Seungri berdiri, tapi badannya sedikit limbung. Untung saja Jiyong sigap memegangi istri tercintanya.

"Kita kembali ke kasur."

"Gendong aku! Aku tidak kuat jalan, kepalaku pening."

Kedua tanganya sudah melingkar di leher Jiyong. Mengabulkan permintaan sang istri, Jiyong langsung saja menggendongnya ala pengantin. Seungri membenamkan kepalanya di bahu suaminya, matanya pun terpejam.

Tiba di kasur pun, Jiyong merebahkan Seungri yang masih lemas akibat menguras isi perutnya. Jiyong merasa pakaian istrinya terlalu tipis, mungkin dia hanya masuk angin. Karena setiap malam Seungri memang selalu mengenakan lingerie.

"Sebaiknya kau ganti pakaianmu, baby. Aku akan ambilkan baju yang lain."

"Ambilkan bajumu saja!"

"Hah?" Jiyong terkesiap.

"Bajumu, oppa. Jangan bajuku. Palli ...!!"

"Iya, sayang iya."

Masih bingung, tapi Jiyong hanya mengiyakan saja. Mencari-cari baju yang bisa dipakai istrinya. Tubuh Jiyong sebenarnya ramping, Seungri lebih mengarah sintal. Terutama bokongnya. Itu sebabnya Jiyong lebih suka melihat istrinya hanya mengenakan lingerie saat tidur. Baginya itu amat memudahkan dirinya untuk menyerangnya ketika libidonya sedang tinggi. Jangan heran, mereka bahkan melakukan 'itu' seminggu empat kali.

Ah, akhirnya Jiyong mengambil kaos oversize putih miliknya. Meski tubuh Jiyong cenderung kecil, dia lebih suka mencari pakaian yang sedikit kebesaran. Gayanya memang berbeda dengan pria pada umumnya. Selalu esentrik. Padahal dia hanya seorang arsitek.

Dia membawa kaos itu pada istrinya yang masih memejamkan mata sejenak menetralkan rasa mualnya. Tangan di atas keningnya terangkat saat Jiyong sudah ada di sisi kasur.

"Ayo baby, ganti dulu bajumu."

Jiyong mengangkat lingerie satin hitam itu melewati kepala Seungri. Jakunnya naik turun kesulitan menelan ludah. Bagaimana tidak, dia disuguhkan tubuh molek istrinya yang tidak mengenakan penutup apapun hanya untuk menutupi dua gundukkan milik Seungri. Tangannya ingin menyentuh, tapi mengingat kondisi Seungri tidak sehat dia urung niat.

UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang