1 - OSIS

456 39 4
                                    

HAPPY READING ALL!

••••🕊••••

Seorang gadis tengah berlari kencang di sepanjang koridor sambil memakai Almamater Osis kebanggannya.

"AH LENGAN NYA MANA SIH!" kesalnya berhenti saat lengan almamater osis tak dapat ia jangkau.

"VIDIA ULANRA! TOLONG KE AULA SMA DRASMARA SEKARANG JUGA!" bentakan keras itu keluar dari speaker koridor. Banyak yang memanggil-manggil namanya. Vidia membalikkan badanya ke belakang, ia mendengus saat adik kelasnya malah berteriak seperti orang hutan.

"KAK VIDIA! CEPETAN!

"IYA IH BENTAR!"

"AYO KAKAK KETUA OSIS SEMANGAT!"

"BRISIK LO SETAN!"

Vidia kembali berlari, menaiki tangga dengan tergesa-gesa. Hari ini ia akan di marahi lagi oleh Mis Iren -- guru pembimbing osis sekaligus guru bahasa inggris kelas sebelas. Balik lagi dengan Vidia, kini ia berhenti di tangga tengah, ia ngos ngosan.

"Cape gue."

"VIDIA ULANRA! LIMA MENIT DARI SEKARANG JIKA BELUM SAMPAI KE AULA MAKA KAMU MIS HUKUM!" lagi-lagi suara speaker itu membuat warga sekolah makin jadi memanggil nama Vidia.

"IYA MIS! BENTAR NIH!" teriak Vidia menggema di sepanjang koridor kelas sebelas.

"Semangat Vidia!" kekeh seseorang menyenggol bahunya.

"Kesel deh gue!"

"Makanya mau aja jadi babu sekolah!" ejeknya.

"Cempaka!"

Tepat sekali, Cempaka Jandri sahabat Vidia yang sering sekali mengejek Vidia saat di maki dan disuruh ini itu karena jabatannya kini ialah sebagai ketua osis di sekolahnya. Vidia menarik tangan Cempaka untuk menemaninya.

"Eh lepasin woy!"

"Bodo amat."

Vidia akhirnya sampai di ambang pintu aula sma drasmara. Ia menyenderkan punggungnya di pintu. "Cape gue Cem. Pen mati aja dah gue."

"Makanya jangan mau jadi babu sekolah." ejek Cempaka lagi.

Vidia menatap ke arah panggung aula, disana sudah ada Mis Iren dan anggota osis lainnya. "SINI!"

"Berabe nih."

"Siapa suruh lo telat."

"Kesel gue."

••••🕊••••

Kini nasi sudah menjadi bubur, Vidia harus berdiri panas-panasan di tengah lapangan, tak di perbolehkan duduk ataupun berbicara. Sadis memang hukuman dari Mis Iren. Vidia menggerutuki nasibnya. Ia menunduk saat sinar matahari begitu panas mengenai wajahnya. Sudah banyak keringat yang bercucuran di pelipisnya.

"SIAPA SURUH MENUNDUK? ANGKAT KEPALANYA!" bentak Mis Iren yang masih saja memperhatikannya.

Jam pelajaran sudah dimulai. Tapi kini Vidia malah dihukum, jangan tanyakan padanya dimana Cempaka sahabat kampretnya itu. Cempaka kini malah enak-enakan tidur di bangku kelasnya, karena jam pelajarannya kosong.

BLISTERS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang