HAPPY READING!
••••🕊••••
Cristian melempar tasnya kesembarangan arah. Cristian memijit pangkal hidungnya, pikirannya kini tak bekerja sama dengan hatinya. Saat mengantarkan Vidia ke kosnya tadi, ia hanya bisa diam. Cristian merasa Vidia tengah membuat pertahanan kuat agar dirinya tak bisa marah padanya, terlebih lagi tadi Vidia berbohong padanya. Tak semudah itu Cristian percaya pada Vidia, mulai dari nada bicara Vidia tadi.
"ARGHH!"
Tok tok tok
"Cristian ... papa mau ngomong sama kamu." Jelas Derry dari luar kamar Cristian.
Cristian berdecak, demi apapun ia ingin mengobrak abrik seluruh kamarnya. Cristian terpaksa membuka pintu kamarnya dan mendapati Derry. "Disini aja." Datarnya.
Derry tersenyum. "Nanti ada acara d--"
Dorr
Cristian membanting pintu kamarnya. "GUE GAK MAU!" Bentaknya.
Derry menghela nafasnya, anak kandungnya tak bisa diandalkan soal ini. Terpaksa ia meminta bantuan pada Jordan, Derry menuruni anak tangga. Beberapa minggu ini ia tak melihat batang hidung Eva. Ia akan menanyai keberadaan Eva pada Jordan nanti jika ia tak gengsi. Terkadang Derry merasa senang, saat Eva yang tak ia anggap ada itu, kini tak terlihat lagi.
"Jordan," panggilnya saat melihat Jordan tengah membersihkan meja makan.
"Hm?" Balas Jordan tanpa mengalihkan matanya dari aktifitasnya.
Derry mati-matian menahan malu, bisa-bisanya ia meminta bantuan pada orang yang ia sisihkan dari keluarganya. "Nanti ada acara di taman kota, kamu wakilin papa disana." Derry berusaha tenang.
Jordan menaikkan satu alisnya. "Oke." Pungkasnya, tak ingin memancing keributan dengan Derry. Derry hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, dan melenggos pergi. Niatnya ingin menanyai Eva sudah tak ada lagi, gengsinya lebih tinggi untuk menanyai hal itu pada Jordan.
Jordan menatap pintu kamar Cristian dengan senyum miring. Seperti biasa, gue yang bekerja keras. Dan lo yang dapat pangkat tertinggi. Senyum miris Jordan. Ia kembali melangkah menuju kamarnya untuk bersiap-siap.
Sementara Cristian mencak-mencak tak jelas, moodnya kali ini tak baik bahkan bisa masuk ke kata buruk, dan di pikirannya terus masuk pertanyaan besar tentang Vidia, Cristian butuh Vidia dan jawaban. Cristian menggelengkan kepalanya, tak mungkin ia meminta jawaban pada Vidia. Cristian pastikan Vidia akan menjawab 'Lo gak percaya sama gue?' Cristian menahan dirinya nanti, ia kini hanya butuh Vidia saja. Ia mengambil ponselnya lalu memencet panggilan suara dan menempelkan ponsel itu ke telinga kirinya.
"Hallo An?"
"Lo ke rumah gue, sekarang."
Disebrang sana Vidia terkejut bukan main, ini kali pertama Cristian mengajaknya ke rumahnya. Selama mereka berpacaran, Cristian tak pernah mengajaknya ke rumahnya. Apalagi membahas tentang keluarganya. Bisa dibilang Vidia kini sudah gemetar hebat, saat mendengar permintaan tiba-tiba Cristian, apa yang akan dilakukan Vidia saat bertemu calon mertuanya nanti? Apakah harus heboh? Pendiam? Atau menghindar?
"Tap--"
"Pesan ojol."
"An, gue gak tau dimana alamat rumah lo! Dan kalau lo ngirim alamatnya, gue susah nunjukin arah mana rumah lo." Vidia sedikit mengelak agar Cristian membatalkan permintaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLISTERS (END)
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM BACA!) --My accent and feelings are ngelag Dua gadis yang dipaksa untuk menerima apapun rasa sakit, hanya kata sabar yang membuat mereka bisa terus bertahan. Start -> 27 April 2022 End -> 14 Juni 2022