10 - KEHILANGAN

216 18 11
                                    

HAPPY READING


••••🕊••••

Sudah menjelang malam, Vidia, Cempaka, Rani, Feby, dan Fany kini sibuk menonton drama korea di laptop milik Cristian yang sengaja ia bawa, untuk Vidia. Cristian tahu betul jika Vidia bosan selalu saja meminjam laptop. Walaupun sudah jadi mantan tapi masih perhatian ya bund haha.

"Ih, sad bat anjir." Fany mengelap air matanya dengan tisu.

Rani menjewer telinga Fany. "Terlalu mendalami."

Fany mendengus, Rani teman sekelasnya ini sangat bar-bar sekali. "Sakit pea!"

"Bodo." Bodo amat Rani.

Vidia, Cempaka dan Feby hanya geleng-geleng. Vania tak ada maka Fany lah yang akan jadi korban Rani. Vidia melirik ke jendela kamar, ia melihat ada beberapa siswa/i smanya tengah bersenda gurau.

"Hm, gue mau ke kamar Cristian dulu ya...." Pamit Vidia, mengingat janjinya dengan Cristian.

"Dih, bucin!" Cibir Fany.

"Biasalah bund." Kekeh Feby, kembali fokus dengan laptop di depannya.

Rani memutar bola mata malas, yang tadinya posisinya tengkurap, sekarang duduk, mengambil bantal empuk dan ia letakkan di pangkuannya. Ia melirik Vidia yang tengah menyisir rambutnya.

"Sama siapa?" tanya Rani, membuat yang lainnya memandang Rani dan Vidia bergantian.

"Sendiri."

"Kirain ngajak gue." Dengus Cempaka melempar bantal ke dinding.

"Gak lah." Kekeh Vidia, kembali menyisir rambutnya.

"Yaudah sana, hush hush." Rani menendang pantat Vidia, hingga Vidia terhuyung ke depan.

Vidia mengelus pantatnya, ia melirik tajam si pelaku yang kini malah tertawa bersama dengan teman-teman lainnya. "Babi!"


°°°°°°°

Malam ini Vidia dan Cristian memilih untuk duduk di bawah tangga kamar Cristian dan kawan-kawan, kebetulan kamarnya ada di lantai dua juga. Jika saja tak dilarang keluar dari villa ini, maka keduanya akan tidur di rerumputan itu sambil menatap langit malam.

Vidia melirik Cristian, dari tadi tak ada yang memulai percakapan. Vidia menghela nafasnya. Belum seminggu mereka putus, tapi Vidia merasa asing jika dekat dengan Cristian. Apalagi banyak pikiran negatif yang terus saja datang menghantuinnya, dimana Cristian tiba-tiba saja mengakhiri hubungannya tanpa alasan.

"Gue salah." Cristian menghela nafasnya. "Gue... bakal ngasih tau kenapa gue mutusin lo." Lanjut Cristian menatap bola mata Vidia intens.

Cristian memegang kedua bahu Vidia, seakan menyalurkan sesuatu yang tak diketahui Vidia, sementara Cristian tak yakin dengan keputusannya ini. "Gue bosan sama lo..."

Vidia menundukkan kepalanya, menahan semua rasa sakit di hatinya. Vidia tahu, bosan dalam satu hubungan itu biasa, bukankan Cristian kekanak-kanakan? Kenapa berhubungan jika akhirnya bosan? Percuma kan?

Vidia menepis tangan Cristian. "Makasih buat semuanya."

Cristian menggeleng, mengisyaratkan semuanya belum selesai. "Dari awal kita pacaran, gue ngincer lo karena lo... cewek yang beda dari yang lain, tapi... karena itu juga gue cepet bosan sama lo." Jelas Cristian.

BLISTERS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang