1. Pertemuan Pertama

25.8K 2.3K 155
                                    

2020

Aku menatap sosok Abi dengan sangat lekat. Mengamati apakah ekspresi dan sorot sendu darinya adalah sesuatu yang sungguh-sungguh atau hanya siasat seperti biasanya. Aku cukup muak dengan tingkah lakunya yang sulit sekali berubah. Padahal ia juga sudah berjanji berkali-kali, namun berkali-kali pula ia ingkari.

"Kalau kamu gak sibuk, mungkin aku gak akan selingkuh. But I'm really sorry, I promise this is the last. Apalagi bulan depan kita udah tunangan kan?"

Empat tahun lamanya aku menjalin hubungan dengan Abi, bukan waktu yang sebentar. Lelaki itu menemani ku disaat sulit hingga sekarang aku bisa menjadi lebih baik. Nyaman dan takut. Mungkin itu alasan kenapa aku selalu bisa memaafkannya. Aku terlalu nyaman dengan hubungan kami dan takut memulai sesuatu yang baru. Aku bukanlah sosok yang mudah untuk beradaptasi, apalagi dalam hal percintaan.

"You said that the last time before I caught you go out with another women."

Abimanyu menunduk, lalu kembali menatap ku dengan sorot mata yang sangat sedih. "I love you, Ayana. I do and I'm so sorry."

Aku menghela napas, baiklah mungkin aku harus memaafkan lelaki ini sekali lagi. Aku rasa tidak ada salahnya kan?

"Fine. This is the last time, right?"

Sebelum Abi menjawab pertanyaannya ku, suara gaduh terdengar dari pintu masuk restoran. Atensi ku mengarah penuh, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Tidak berselang lama, aku bisa melihat sesosok laki-laki dengan pakaian yang aneh berjalan memasuki restoran. Perawakannya sangat gagah, aku bisa menebak mungkin ia seorang binaragawan atau apapun namanya. Karena sungguh tubuhnya sangat atletis.

Jantungku semakin berdebar ketika sosok itu semakin mendekat, wajahnya terlihat tidak asing namun aku lupa pernah bertemu dimana. Belum sempat pikiranku menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang melintas, sosok itu berhenti di meja ku dan Abi. Menatap ku dengan sangat lekat.

Sungguh aku tidak berani menatap sorot matanya yang sangat mengintimidasi. "Ayana..."

Lelaki itu mengenal diriku? Aku mengamatinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Meski pakaiannya bisa dibilang aneh, aku bisa melihat jika setiap motif yang terdapat pada rompi hitam yang lelaki ini kenakan adalah motif yang dibuat dengan tangan karena tingkat kesulitannya yang cukup rumit. Lalu ia juga mengenakan beberapa gelang emas beserta cincin, dan juga kalung berbentuk seperti matahari.

Ketika melihat kalung tersebut, aku langsung menundukkan kepala mengecek kalung milikku yang bentuknya sama persis. Memang bukan sesuatu yang istimewa, tapi aku mendapatkan kalung ini di tempat barang-barang antik yang menurut pemiliknya hanya ada satu buah per item nya.

"Ayana, aku sangat merindukan kamu..."

Aku sangat terkejut ketika sosok aneh itu memelukku dengan sangat erat, tapi aku jauh lebih terkejut ketika airmata ku mengalir dengan sangat deras. Dada ku terasa sangat sesak dan penuh, ada apa ini?

Keterkejutan ku tidak hanya berhenti sampai disitu, saat belum ada satupun pertanyaan yang terjawab kejadian yang sangat cepat lagi-lagi menyapa indera penglihatan ku. Abimanyu menarik lelaki itu menjauh, menghujamkan sebuah pukulan keras ke arah wajahnya. Namun, yang selanjutnya terjadi adalah lelaki itu kembali meninju wajah Abi hingga bibirnya sobek. Tentu Abi kembali melakukan perlawanan, tapi aku rasa Abi bukanlah lawan yang sebanding karena yang terjadi sekarang ia malah tersungkur di lantai saat lelaki aneh tersebut berhasil menendang perutnya.

"Ayana, dengar—"

"Kamu siapa?"

***

Aku masih setia menunggu di ruang tunggu rumah sakit untuk mengetahui keadaan Abi sekarang. Tapi sungguh kepala ku dipenuhi oleh sosok misterius tersebut. Aku mencoba sebisa mungkin mengingat siapakah lelaki itu. Sosoknya seperti tidak asing, begitu kata suara hati ku. Namun sampai detik ini aku belum menemukan jawaban pasti.

Kepala ku rasanya sangat pening sekali. Mungkin ada baiknya jika aku membeli segelas kopi atau camilan untuk mengganjal perutku yang cukup keroncongan ini. Ketika pandangan ku mengarah pada kalung yang aku kenakan, tiba-tiba aku mengingat sesuatu.

Sekarang aku tau dimana aku bertemu lelaki ini. Yaitu ketika aku menghadiri bazar kesenian nusantara beberapa waktu lalu, aku ingat jika aku pernah berpapasan dengannya. Saat itu ia juga mengenakan pakaian seperti tadi. Rompi hitam bermotif benang emas yang memamerkan lengan dan hampir seluruh bagian depan tubuhnya dengan celana batik sebatas dengkul.

Aku kira ia seorang pementas seni, karena demi apapun siapa juga yang akan mengenakan pakaian seperti itu di tahun 2020 ini? Pakaian seperti itu sudah sangat ketinggalan jaman dan tidak modis. Ya meskipun motifnya indah, tapi tetap saja akan sangat aneh mengenakannya di masa sekarang ini.

Lalu jika ia bukan seorang pementas seni, siapakah dirinya? Apa mungkin ia seorang pemain film laga yang tersesat? Atau mungkin ia adalah orang gila? Entahlah aku juga bingung. Tapi kenapa ia bisa mengetahui namaku, dan kalung ini?

Terlalu banyak pertanyaan hingga aku sendiri tidak tau kenapa aku memikirkan sesuatu yang bahkan tidak menemukan sebuah jawaban.

Terlalu banyak pertanyaan hingga aku sendiri tidak tau kenapa aku memikirkan sesuatu yang bahkan tidak menemukan sebuah jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hihihhi langsung update chapter 1 buat test ombak. Gimana hyung menurut kalian? Disini aku pakai bahasa baku ya, biar enak aja sih masa nnti ngomong sama raja loe gw kan kocak macam dagelan.

Oke, cukup segini huru hara yang diciptakan oleh akun Andahra. Semoga kalian bobo nyenyak! Met baca semoga suka!

The King and His Flower [Majapahit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang