Aku terperangah ketika melihat hamparan kebun bunga di hadapanku. Sangat indah dan persis seperti sebuah lukisan. Ada beberapa jenis bunga disini dan aku sedang tidak minat menghitungnya.
Ah sial, seandainya aku membawa ponselku pasti aku akan memfoto pemandangan ini dan mempostingnya ke sosial media.
"Kau suka?"
Apa si aneh sudah tidak ngambek? Pasalnya sepanjang perjalanan tadi ia hanya diam saja seperti patung.
"Ini cantik."
"Cantik seperti dirimu."
Tentu saja aku cantik. Jika diizinkan untuk bertemu lagi dengannya di masa depan, aku akan menunjukan peralatan perang yang membuat wajahku cantik. Apalagi kalau bukan deretan botol skincare yang tersusun rapih di kamarku.
"Sayang sekali kita tiba saat langit sedikit mendung. Jika cuaca cerah, kau bisa melihat Sang Surya dengan ilusi garis lurus pada ujung kebun bunga ini." Kata Hayam Wuruk.
Aku tidak menoleh tetap terpaku pada pemandangan indah ini saat menyahutinya. "Rupanya ada yang sudah bisa berbicara kembali setelah tadi tersedak duri."
Hayam Wuruk tertawa, cukup mengagetkan tapi entah kenapa membuat hatiku menghangat.
"Siapa yang tersedak duri?" Tanyanya. Aku bisa merakan langkah kakinya yang terus berjalan mengikutiku.
"Entahlah."
Di tempat yang begitu tenang dan indah ini, aku hanya ingin berdiam diri dalam waktu yang lama. Menikmati setiap detiknya dengan seksama. Seandainya aku bisa berkemah disini, pasti menyenangkan.
Tapi sebentar, tadi Hayam Wuruk bilang apa? Garis lurus dengan Sang Surya? Itu sangat menggangguku karena tiba-tiba aku mengingat ucapannya saat ia datang ke masa depan.
"Apa kebun bunga ini berada di garis lurus dengan Sang Surya?" Tanyaku penasaran. Aku harap ia bisa menjelaskan dengan detail hingga saat nanti aku kemungkinan bisa kembali ke masa depan, aku sudah memiliki jawaban.
"Betul. Semua tempat yang penuh bunga, selalu terlihat seperti memilki garis lurus dengan Sang Surya. Mau tau kenapa?"
Aku mengangguk antusias. Ayolah, kau harus segera mengatakannya Hayam Wuruk! Teriakku dalam hati.
Lelaki itu mengulas senyum. "Karena bunga-bunga ini membutuhkan membutuhkan cinta dan kehangatan dari Sang Surya. Oleh karena itu, mereka akan selalu terikat dengan sebuah garis lurus."
Ah sialan! Itu sangat tidak masuk akal dan cukup membuatku kecewa. Maksudnya, di muka bumi ini bukan hanya bunga-bunga saja yang membutuhkan Sang Surya, tapi semua makhluk hidup.
Karena menurutku jawabannya tidak memuaskan, aku kembali terdiam. Menikmati pemandangan dan suasana indah ini. Jika nanti aku memiliki kesempatan untuk kembali ke masa depan, mungkin lebih baik aku mencari jawabannya di google.
Dalam keheningan ini lagi-lagi Hayam Wuruk membuatku terlonjak karena perbuatannya. Ia tiba-tiba menyingkirkan rambutku ke samping dan mendekat ke arahku.
Aku sedang menerka-nerka apa yang ingin ia lakukan. Tempat ini akan sangat mendukung untuk berbuat sesuatu yang jahat dan tidak senonoh, karena aku bersumpah disini tidak ada manusia lain selain aku dan si aneh.
Jantungku berdebar semakin cepat ketika merasakan hembusan nafas Hayam Wuruk di leherku. Jangan kira aku akan diam saja ya nantinya!
Mataku membulat ketika merasakan sesuatu yang asing menempel pada kulitku. Aku menoleh dan menatap wajah lelaki itu dengan lekat.
"Ini untukmu." Ucapnya lembut.
Sesuatu dalam diriku sedang tertawa keras, karena tadi berpikir yang tidak-tidak saat kenyataannya adalah Hayam Wuruk hanya sedang memakaikan kalung di leherku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King and His Flower [Majapahit]
Historische RomaneAda kisah yang mungkin tidak pernah tercatat di bukti sejarah manapun. Tapi kisah itu selalu kekal di hati dua insan yang saling terikat. Meski tidak terucap oleh kata, tidak tertulis oleh tinta rasa itu akan selalu ada. Tidak akan pudar meski suda...