Aku gemar sekali menggambar dan juga menjahit, oleh karena itu aku memilih dan berusaha keras agar menjadi seorang designer seperti sekarang hingga berhasil membuat sebuah clothing brand milikku sendiri. Kejadian aneh beberapa waktu yang lalu membuat kepala ku cukup pusing dan tentu saja aku melampiaskan hal ini dengan menggambar.
Sejujurnya, aku juga tidak tau kenapa tiba-tiba menggambar kebaya dengan motif yang mirip dengan motif yang ada di rompi sosok aneh itu. Sungguh aku bisa gila jika terus dihantui oleh rasa penasaran karena lelaki yang berasal dari negeri antah berantah itu.
Ngomong-ngomong, Abi sudah jauh lebih baik. Lelaki itu sudah diperbolehkan pulang namun ia sedang merajuk dan tidak mau berbicara dengan ku. Tidak masalah, sepertinya aku sudah mulai terbiasa tidak berbicara dengannya.
Setelah menyelesaikan gambar ku, aku bergegas untuk keluar rumah. Mencari angin segar dan membeli beberapa cemilan di minimarket sambil menunggu Ibu pulang nanti. Sungguh aku sangat menyesal ketika tidak menggunakan topi karena siang ini matahari bersinar dengan sangat terik.
Aku mempercepat langkahku karena panas yang lumayan menusuk ini. Tapi langkah ku terhenti ketika lagi dan lagi menemukan sosok aneh itu di bawah pohon besar di depan gerbang komplek ku. Lelaki itu sedang menatap ku cukup lekat, oh sial ini mengerikan.
Demi apapun aku harus segera menjauh atau menemukan keramaian karena akan sangat tidak baik jika lelaki itu berniat melakukan sesuatu yang buruk pada ku.
Nafas ku tercekat ketika ia berhasil menyusul langkah ku, lelaki itu berhenti tepat di hadapan ku. Segala doa dan harapan aku rapalkan dalam hati, semoga Tuhan melindungiku disaat yang genting seperti ini.
Selang beberapa menit, sosok itu tidak melakukan atau mengatakan apapun. Hingga saat aku memberanikan diri menatapnya, ia hanya menatap kalung milikku dengan sorot mata yang sulit di tebak.
Sesungguhnya aku ingin kabur atau menanyakan apa maunya, namun aku terlalu takut. Hingga akhirnya sosok itu mengatakan sesuatu yang membuatku semakin kebingungan.
"Saat nanti kamu sudah mengingat segalanya, tolong temui aku." Lanjutnya, "temui aku di tempat yang memiliki garis lurus dengan sang surya."
Tangannya yang menunjuk matahari membuat aku secara otomatis mengarahkan pandangan ku untuk ikut mendongak.
"Kapan pun itu, aku akan selalu menunggu. Dan aku harap kamu bisa datang."
Hanya itu kata-kata yang bisa aku dengar darinya, karena langit yang semula cerah tanpa ada satupun awan mendadak gelap. Ini seperti adegan difilm-film fiksi, aku harap ini hanya mimpi namun sayangnya apa yang sedang terjadi adalah sebuah kenyataan.
***
Perlahan aku mencoba membuka kedua mataku ketika mendengar suara desas-desus yang mulai mengganggu. Astaga, pasti Bunda sedang menelepon salah satu client nya.
Saat kedua mataku sudah terbuka sepenuhnya, aku terbelalak kaget dan kembali menutupnya. Sial, ini pasti mimpi.
Aku merapalkan beberapa doa dan kembali membuka mata, namun tidak ada yang berubah.
"Baginda, Ayana sudah sadar!" Pekik salah satu wanita yang suaranya sangat menyakiti kupingku.
Demi Tuhan dan seluruh jagat raya, kenapa sosok ini lagi yang aku lihat?
"Ayana, kamu sudah sadar?"
Aku membisu. Keadaan ini sangat membingungkan. Aku seperti berada di film lawas yang berlatarkan nusantara ratusan tahun lalu. Rumah dengan bata merah, perempuan yang menggunakan kemben dan jarik. Lalu lelaki aneh ini yang dipanggil baginda tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King and His Flower [Majapahit]
Historical FictionAda kisah yang mungkin tidak pernah tercatat di bukti sejarah manapun. Tapi kisah itu selalu kekal di hati dua insan yang saling terikat. Meski tidak terucap oleh kata, tidak tertulis oleh tinta rasa itu akan selalu ada. Tidak akan pudar meski suda...