Ada kisah yang mungkin tidak pernah tercatat di bukti sejarah manapun. Tapi kisah itu selalu kekal di hati dua insan yang saling terikat.
Meski tidak terucap oleh kata, tidak tertulis oleh tinta rasa itu akan selalu ada. Tidak akan pudar meski suda...
Sejak perdebatan yang terjadi antara diriku dan Hayam Wuruk, lelaki itu tidak terlihat lagi batang hidungnya. Menurut kabar yang aku dengar, Raja sedang sibuk dengan beberapa tugas negara. Masalah di perbatasan membuatnya harus turun tangan langsung bersama Mahapahit Gajah Mada dan Laksamana Nala³.
Sudah dua minggu lamanya aku hanya di rumah saja. Membuat beberapa kerajinan tangan dari hasil menjahit. Untungnya di zaman ini sudah ada jarum dan benang, jadi aku tidak terlalu bosan.
Sebuah kain yang aku tujukan sebagai sapu tangan kini sedang aku hias sudutnya menggunakan motif Surya Majapahit. Sejak tau nama lambang ini, aku mendadak menyukainya.
Dan ketika menjahit sapu tangan ini, aku selalu memikirkan tentang Hayam Wuruk, si aneh.
Sebenarnya, aku ingin pulang, terbangun atau apapun itu karena aku merindukan rumahku. Aku rindu dengan bunda, rekan kerjaku dan semua hal tentang kehidupan Ayana Rose.
Ngomong-ngomong, selama dua minggu ini aku tidak kemana-mana aku jadi mendapatkan beberapa informasi mengenai Ayana yang tubuhnya sedang aku pinjam.
Ayana Narendraswari. Nama yang cantik, bukan? Ayana adalah seorang anak tumenggung. Mungkin kalau di abad 20 jabatan tumenggung sama dengan kepala desa atau kabupaten, semacam itulah.
Karena aku cukup bosan duduk di teras rumah, aku membawa kain yang akan ku hias menuju kebun belakang rumah. Disini hanya terdengar suara daun yang tertiup angin dan ayam yang berkokok. Lumayan tenang dan membuatku nyaman.
Sambil melanjutkan sulamanku, aku menggumamkan lagu yang tiba-tiba melintas dipikiranku.
Another summer day Has come and gone away In Paris and Rome But I wanna go home Mmmmmmmm
Maybe surrounded by A million people I Still feel all alone I just wanna go home Oh I miss you, you know
And I?ve been keeping all the letters that I wrote to you Each one a line or two Im fine baby, how are you?? Well I would send them but I know that its just not enough My words were cold and flat And you deserve more than that.
Aku menghela nafas. Lagu itu selesai aku nyanyikan bersamaan dengan sulaman ku yang juga rampung. Sepertinya aku benar-benar sudah dalam tahap hilang arah dan kebingungan dengan hal yang sedang terjadi sekarang. Oleh karena itu aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan melamun dan menjahit. Sial, apa Ayana tidak punya teman selain si aneh? Itu sungguh menyebalkan.
Entah sudah berapa lama aku di kebun belakang rumah ini, namun langit terlihat mulai petang dan aku belum ingin pulang. Karena sesungguhnya, rumah itu bukan benar-benar rumahku kan?
"Kau disini rupanya."
Suara itu lagi. Sungguh aku cukup heran kenapa seorang Raja bisa dengan mudah menghabiskan waktu di luar istana menghampiri gadis lain yang bukan bangsawan ataupun kekasihnya. Bukankah tugas Raja itu banyak dan berat? Tapi kenapa aku tidak pernah melihat Hayam Wuruk terbebani dengan semua tanggungjawabnya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya sambil mendudukkan diri di sampingku. Aku mengulas senyum dan memberikan sapu tangan yang sudah aku sulam tadi kepadanya. "Untukmu."
Hayam Wuruk terlihat kebingungan saat menerima pemberian dariku. "Apa ini?"
"Sapu tangan. Bisa untuk mengelap keringat, menyimpan uang, atau apa saja. benda itu cukup fleksibel."
"Kau yang membuatnya?"
Aku mengangguk.
Kami sama-sama terdiam,larut dengan pikiran masing-masing. Namun si aneh tidak pernah kehabisan ide untuk membuka perbincangan diantara kita.
"Maaf, akhir-akhir ini aku sangat sibuk. Daerah perbatasan sedang membutuhkan pengawasan lebih." Jelasnya. Aku menoleh dan cukup terkejut ketika melihat wajahnya yang berubah. Maksudku bukan ia mendadak berubah menjadi orang lain, namun ia seperti kehilangan cahayanya. Hayam Wuruk terlihat cukup berantakan.
"Begitukah? Maaf aku tidak tau tentang apapun."
Ia terkekeh, lalu membelai rambutku lembut. Oh bagus, sekarang ia semakin sering melakukan kontak fisik denganku. Seperti mengisyaratkan sesuatu yang belum aku tau tujuannya. "Kau tidak perlu tau. Itu bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan."
"Tapi kau terlihat...lelah?"
"Terkadang tanggungjawab ini cukup melelahkan."
Aku kehabisan kata-kata kala ia menyenderkan kepalanya di pundaku, Hayam Wuruk menghela nafas dengan keras. Aku rasa kali ini ia benar-benar lelah, oleh karena itu aku tidak ingin mendebatnya.
"Kau tau? Ada kalanya aku berharap terlahir menjadi lelaki biasa, tanpa takhta atau kekuasan besar ini."
Otakku berpikir dengan keras, mencari jawaban bagaimana caranya menanggapi curahan hati seorang Raja? Aku tidak mungkin menyuruhnya untuk bersabar atau mendekatkan diri kepada Tuhan, karena itu semua sudah ia lakukan.
"Mungkin kau butuh rehat sejenak." Apakah respon ku oke? Aku harap begitu karena aku benar-benar kehabisan ide.
Hayam Wuruk mengangkat kepalanya dari pundakku dan tersenyum. "Mungkin. Dan sekarang kau juga butuh untuk istirahat, orangtua mu sedang kebingungan mencari keberadaanmu."
Aku dengan secepat mungkin bangkit dan memasang senyum, oke mari kita pulang!
"Baiklah, mari kita pulang!" ucapku riang.
Ia menahan tanganku sebelum aku melangkah. "Aku tidak akan mengantarmu pulang, maaf." Lanjutnya, "tapi ucapanku kepadamu saat itu masih sama dan tidak berubah."
Aku menyeritkan alisku dengan bingung. Ucapan apa? Yang mana?
"Ucapan apa yang kau maksud? Kau banyak sekali mengucapkan kata kepadaku."
"Ucapanku sebelum kau terjatuh dari kuda. Tolong pertimbangkan dan beri aku jawaban."
Ya Tuhan, apalagi sih ini? Aku saja masih tidak tau kenapa aku bisa berada di zaman ini dan sekarang Hayam Wuruk membuatku berpikir dengan keras karena perkataannya yang sangat ambigu. Ucapan apa yang ia maksud? Apa lelaki itu mengatakan sesuatu yang penting kepada Ayana sebelum jiwa ku menempati raganya?
Dengan penuh keberanian, aku mencoba bertanya. Karena sungguh aku tidak mau diliputi oleh rasa penasaran setelah ia pergi nanti. "Ucapan apa? Maaf karena aku melupakannya, tragedi jatuh dari kuda beberapa waktu lalu membuat aku melupakan banyak hal." Kataku.
Wajahnya terlihat sendu ketika aku menanyakan hal ini kepadanya. Oh sial, aku salah langkah. "Kau lupa ya?"
Aku tersenyum canggung. "Maaf..."
"Kalau begitu, aku tidak akan membahasnya. Temui aku ketika kau sudah mengingat segalanya."
Lalu sosoknya pergi begitu saja, meninggalkanku dengan sejuta pertanyaan yang masih bersarang di kepalaku. Dan kata-katanya tadi, sumpah kata-katanya barusan sama persis dengan ucapannya ketika kami bertemu di masa depan pertama kali.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan Hayam Wuruk dan Ayana?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
³Laksamana Nala adalah seorang panglima perang Majapahit yang bertugas di daerah perbatasan. Khususnya perbatasan laut.