Pendopo agung dipenuhi oleh penjabat negara dan orang-orang lain yang aku tidak tau siapa. Mungkin karena hal ini juga, tidak ada yang menyadari keberadaanku.
Aku tidak tau kenapa Hayam Wuruk memintaku untuk hadir, karena pasalnya ini akan jadi rapat penting pasca terjadinya perang bubat.
Semua orang langsung terdiam ketika Hayam Wuruk hadir dan duduk di singgasananya. Astaga, lelaki itu sangat tampan. Mahkota, perhiasan dan segala bentuk aksesoris yang ia gunakan benar-benar membuatnya berkilau. Mengukuhkan kedudukannya sebagai seorang Raja yang berkuasa.
Beberapa orang yang hadir mulai berbisik-bisik ketika Mahapatih Gajah Mada tiba, beliau di jaga dengan ketat oleh pengawal kerajaan.
"Mahapatih, jelaskan tujuan dan motif di balik semua sikap cerobohmu." Aku rasa yang baru saja bersuara adalah anggota Saptaprabu, karena lelaki itu duduk di barisan paling depan. Orang-orang dengan jabatan dan kedudukan yang penting akan berada dibarisan paling depan.
Hingga yang paling belakang adalah jabatan yang paling rendah di dalam ruangan ini. Termasuk aku, karena aku hanya penonton saja.
Mahapatih menoleh ke arah kanan dan kiri, lalu sedetik kemudian para pengawal membebaskan tangannya.
"Aku melakukan itu untuk mewujudkan Sumpah Palapa yang sudah aku ucapkan di depan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi." Lanjutnya, "Nusantara tidak akan bersatu jika Pajajaran belum dikuasai oleh Majapahit."
"Benar, nusantara tidak akan bersatu. Tapi cara yang kau lakukan salah, Mahapatih." Sahut Baginda Tribhuwana Wijayatunggadewi.
Disaat seperti ini, bolehkah aku kagum dengan sosok Mahapatih? Beliau benar-benar terlihat kuat, tidak ada sorot takut sama sekali dari matanya. Wow, jika aku yang ada di posisinya mungkin aku akan pingsan.
Mahapatih kembali menjawab dengan yakin dan tegas. "Pajajaran tidak akan takluk dengan cara diplomatis. Mereka tidak akan mau mengakui kekuatan Majapahit jika hanya dengan kata-kata manis."
Aku melongo. Sumpah kejadian ini sangat keren! Aku seakan ada di dalam sebuah drama kerajaan yang begitu memukai.
"Kau dengan sikap cerobohmu, sudah mendahului perintah Raja. Kau tidak menghormati Baginda Sri Rajasanagara sebagai pemimpinmu!" Seorang lelaki paruh baya meninggikan suaranya, membuat keadaan jadi sedikit riuh.
Hayam Wuruk hanya diam. Ia tidak mengatakan sepatah kata pun saat semua orang berdebat dengan Mahapatih Gajah Mada.
"Aku hanya ingin mewujudkan Sumpah yang sudah aku buat! Karena jika nusantara ada di bawah kekuasaan Majapahit, kerajaan ini akan semakin kuat dan besar!"
"Tapi kau--"
Hanya dengan satu tangan yang terangkat, mengisyaratkan semua yang ada di ruangan ini untuk diam Hayam Wuruk berhasil mengendalikan suasana.
"Mahapatih."
Suara Hayam Wuruk menggema di dalam pendopo ini, membuat tubuhku merinding karena melihat betapa berbedanya ia ketika sedang menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang Raja.
"Aku tidak menyuruhmu untuk menyerang rombongan Pajajaran. Aku tidak memintamu untuk menaklukkan mereka. Kedatangannya ke Majapahit, bukan untuk urusan kerajaan." Lanjutnya, "Mereka datang untuk merayakan pernikahan antara aku dan putri Dyah Pitaloka. Apa kau mengerti?"
Tanpa perlu berteriak, atau penuh emosi Hayam Wuruk berhasil membuat Mahapatih bungkam.
"Kejadian ini adalah sebuah tragedi bukan hanya untuk Majapahit. Ini adalah tragedi untuk dua kerajaan. Dan tentu saja perang kemarin, akan menorehkan noda bagi kita berdua. Kau dan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The King and His Flower [Majapahit]
Tarihi KurguAda kisah yang mungkin tidak pernah tercatat di bukti sejarah manapun. Tapi kisah itu selalu kekal di hati dua insan yang saling terikat. Meski tidak terucap oleh kata, tidak tertulis oleh tinta rasa itu akan selalu ada. Tidak akan pudar meski suda...