Part 10 - Secangkir Kopi

16 5 0
                                    

🐨

Siang ini langit tidak berawan. Aku membaca novel di temani dengan segelas Milo hangat. Aku masih enggan keluar dari kamarku. Karena, ada dia di bawah. Masih sedikit gugup saat menatap matanya yang hitam pekat.

Sudah hampir setengah jam aku membaca novel, dan juga minumanku sudah habis. Aku ingin mengambil biskuat di bawah. Tapi... Ya udah lah ngapain gugup. Toh, dia aja gak peduli. Akhirnya aku memutuskan ke bawah.

Aku menuruni anak tangga satu persatu. Mencoba mengabaikan keberadaan mereka, meskipun suara candaan mereka sempat membuatku menolehkan kepala.

"Woi kak! Sini!" Kenan memanggilku dan menyuruhku kesana. Kenapa ada si kembar?

"Ngapain? Males ah," ucapku mengabaikan ajakan Kenan. Mereka menatapku. Aku mengacuhkan pandangan mereka dan melanjutkan langkahku menuju ke dapur.

"SAVAA! SEKARANG TANGGAL BERAPA?!" langkahku terhenti karena teriakan Arsa.

Aku membalikan badan dan menatap Arsa garang "Gak usah teriak bisa gak sih! Liat hp lo kan bisa, gak usah tanya gue!" ucapku dengan suara yang bisa di bilang gak pelan.

"Sekarang tanggal sepuluh"

Aku mematung "Sekarang tanggal berapa?" tanyaku memastikan lagi.

"Sepuluh."

Diam. Selama beberapa detik.

Hingga aku menyadari sesuatu

Kok gue bisa lupa sih anjir!.


Aaaaa kenapa aku bisa lupa sih. Hari ini hari yang sangat penting bagiku. Kenapa aku bisa melupakannya ya tuhan?!

"ARKAN! LO KOK GAK INGETIN GUE SIH!" Ucapku.

"Ingetin apa? Kok lo marah?" ucapnya bingung sekaligus terkejut dengan teriakanku.

"Tau ah!"

Aku berlari ke kamar tanpa memperdulikan tatapan aneh mereka kepadaku. Aku bergegas berganti pakaian dan memakai dress hitam dan juga flat shoes yang selaras dengan dress ku. Memoles wajah dengan bayi bedak dan sedikit liptint. Setelahnya, aku turun tangga dengan tergesa-gesa. Gak jatuh aja beruntung.

Mereka menghampiriku tak terkecuali Sheva. Aku gopoh sendiri kayak orang gila. Bener- bener kayak orang gila.

"Lo mau kemana sih?!" tanya mereka hampir barengan. Aku terkesiap dan mengedipkan mataku berkali-kali.

"Gak usah banyak tanya! Kalo kepo ikut gue aja!" ujarku.

"Kunci mobil lo Ar siniin!"

"Buat apa?"

"Banyak tanya kalian! Cepetaan Arkaan! Gue gak bisa ngelupain dia barang sedikit pun!" ucapku mulai uring-uringan nggak jelas.

"Ya lo kenapa sih, hah?! Heran gue!" Ucap Arsa membentakku.

"Lo itu kenapa?! Marah-marah gajelas! Uring-uringan kayak kenapa aja!" lanjutnya ketus lagi.

Aku menundukkan kepala. Mataku rasanya panas. Goblok banget sih bisa lupa. Aku memukul-mukul kepalaku dengan tangan.

Goblok lo sav! Goblok, tolol, bego. Gak guna!

Vino menghentikanku yang memukul kepalaku sendiri. Aku mendongakkan kepala menatap matanya tepat. Mataku berair.

"Berhenti mukul kepala sendiri Savaa!"

"Kasih gue kunci mobil pliss. Gue mohon" ucapku memohon ke mereka. Air mataku turun begitu saja.

ALSHEVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang