Part 16 - Darah

13 5 1
                                    


🐨



Ujian akhir semester pertama sudah mulai dekat. Minggu depan katanya.

Cepet banget ya? Padahal rasanya kayak baru aja selesai ujian tengah semester sekarang udah mau ujian akhir semester.

Soal nilai hasil ujian cukup memuaskan. Aku tuh belajar kalo ada ulangan sama kalo ada pr. Tapi, belajarnya satu minggu sebelum ujian. Kea, harus bener-bener serius karena nilai ujian ini tuh penting.

Tapi, kalo waktu guru nerangin pelajaran tuh suka tidur di kelas. Pernah waktu itu ketahuan tidur, tapi untungnya ya cuma di suruh cuci muka. Biar seger lagi katanya.

Pelajaran yang gak aku pahami tuh fisika. Susaaaah tau gak. Kalo matematika masih paham. Lah kalo fisika tuh susahnya minta ampun. Waktu itu aja dapet enam puluh, paling parah sih empat puluh. Nilai macam apa ini :( bodohnya diriku.

Makanya, sebagai solusi mengatasi kebodohanku, aku minta tolong ajarin sama Sheva.

Kami berdua saat ini sedang berada di perpustakaan. Sekarang waktunya jam istirahat. Emang sengaja ambil di jam ini, katanya perpustakaan sepi kalo jam segini. Biar kebih enak belajarnya.

"Jadi ini tuh kayak gini.... "

Sheva mulai menjelaskan. Aku mencoba fokus dengan penjelasannya, namun fokusku terpecah karena wajah kami yang lumayan dekat.

Kupandangi wajahnya yang putih bersih, mulus tidak ada jerawat atau bruntusan. Sebagai cewek aku merasa minder. Mungkin Sheva pas pembagian muka ngantri paling depan, pas pembagian keburiqan dia gak hadir. Pas pembagian otak dia dapet first kayaknya. Tanpa disadari dia aku tersenyum.

Aku adalah kentang :)

"Udah paham?" Tanyanya yang tiba-tiba menghadapkan wajahnya menghadapku.

Aku spontan memalingkan muka kearah lain. Biar gak ketauan kalo habis ngeliatin dia gitu lo. Detak jantungku mulai tidak karuan, wajahku rasanya panas. Dan, seketika suasana jadi awkward. Atau hanya aku yang merasakanya.

"U-udah" Jawabku gugup.

"Lo kenapa?" tanyannya sembari menelusuri wajahku, mencari sesuatu yang di rasanya ada yang aneh.

Aku berdehem "Ehm, gapapa gapapa, lanjut belajar aja lagi" ucapku lalu berpura-pura membolak-balikan buku dan membacanya.

"Buku lo kebalik dari tadi."

Eh?

Aku menatap bukuku dan ternyata memang benar terbalik. Tapi kenapa aku baru sadar? Mungkin ini yang dirasakan para fans dia jika ngelihat dia dari dekat. Bikin salting plus gagal fokus. Oke, maluku menjadi dua kali lipat.

"Tatap mata gue coba," katanya.

Aku menatap tepat di manik matanya. Dia menatapku dalam. Aku jadi nyaman jika dia menatapku begini.

"Gue tau lo suka gue, lo mau tau gue suka sama lo apa gak?" tanyanya. Dan aku mengangguk.

Jantungku seperti sedang maraton menunggu jawabanya "Gue juga suka sama lo."

"Kita gak perlu status apapun, intinya gue punya lo, lo punya gue. Pacaran itu sekali seumur hidup. Tapi nanti, setelah kita halal."



🐨



Aku berjalan menyusuri koridor kelas dengan terburu-buru menuju ke kamar mandi.

ALSHEVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang