🐨
Aku dan sahabatku keluar dari ruangan BK, Di ikuti oleh senior tadi.
"Emm, tunggu" cegah salah satu senior tersebut berhenti di hadapanku. Kami berhenti di depan ruangan BK "Iya kak, kenapa?"
"Gue bener-bener minta maaf," cicitnya dengan kepala menunduk.
Aku tersenyum "Iya udah saya maafin," setelah mengucapkan itu dia mendongakkan kepala menatap wajahku dengan berbinar dan tersenyum lebar kepadaku.
"Beneran?!" tanyanya sekali lagi. Aku mengangguk yakin "Iya, beneran."
"Makasih, makasih banyak. Lo emang manusia berhati baik. Sekali lagi maafin kita semua."
"Terlalu berlebihan kak, Iya sama-sama kak."
Setelah acara maaf-maafan aku berjalan ke kelas. Tapi, baru selangkah aku udah di tarik oleh Sheva. Ngapain?
Sontak kami bertiga berhenti. Arkan dan Arsa menatap Sheva tidak suka.
"Ikut gue sebentar aja. Ada yang mau gue omongin," pintanya menatap persetujuan dariku.
"Gak. Jangan deket-deket sama dia lagi Sava!" ketus Arsa.
"Emang dia wabah gitu yang harus gue jauhin?"
"Arkan lo dari tadi diem mulu! Ngomong kek, kalo gak gitu cegah Sava!"
Arkan menatapku "Ya udah gapapa. Tapi cuma 15 menit habis itu kembali ke kelas," Ucapnya lalu meninggalkan kami tanpa menatapku, Arsa dan juga Sheva.
Aku memicingkan mata, merasa aneh dengan sikap Arkan. Err yaudah lah.
Arsa menatap ke arah kami bergantian lalu menatap kepergian kembarannya "Gue di tinggal sialan," Umpat Arsa lalu berlari menyusul Arkan yang sudah berjalan meninggalkannya.
"Ayok," ajak Sheva.
Telapak tangan kami menyatu. Dia menggenggamku. Aku melirik tanganku yang terlihat kecil jika digenggamnya, Tangannya yang besar atau tanganku yang kecil. Terasa hangat tangannya. Dia mengajakku ke rooftop.
Sesampainya disana, aku tekejut. Dia merengkuh tubuhku lalu memelukku. Aku tidak membalas pelukkannya, berusaha mencerna apa yang terjadi. Aroma Vanila menyereuak dihidungku.
"Gue minta maaf. Gara-gara gue, lo selalu dapat masalah," ucapnya lembut. Tanganya mengelus lembut suraiku. Dia memelukku semakin erat.
Aku dapat mendengar perpaduan suara detak jantung kami berdua. Tapi.... Sungguh ini tidak nyaman. Melakukan skinship selain gandengan tangan itu..... Aneh. Bukannya Sok alim terus bilang bersentuhan dengan yang bukan mahram itu zina.
"Tapi... Ini... "
Sheva yang sadar apa yang telah di lakukannya reflek melepaskan pelukannya dan berdehem canggung. Aku pun sama, karena salting pipiku panas.
"M-maaf" ujarnya sambil menggaruk tengkuknya yang ku rasa tidak gatal.
"Iya."
Kami memilih duduk. Keadaan benar-benar canggung setelah kejadian tadi. Bukankah pelukan itu wajar? Gimana ya, aku sama Kenan aja jarang pelukan. Sama Arkan plus Arsa apalagi, gak pernah sama sekali pelukan.
Lagian yang aku tau Sheva itu jarang sekali melakukan kontak fisik sama perempuan. Mungkin hanya sekedar bergandeng tangan denganku. Ini pertama kalinya dia memelukku. Gak tau kenapa rasanya di peluk selain Ayah itu... Aneh aja. Kayak gimana gitu.