🐨
Seiring waktu kami semakin menjadi sangat dekat. Bahkan orang tua masing-masing mengenal kita satu sama lain. Banyak yang iri denganku kadang juga mereka sinis kepadaku.
Memang aku akui mereka semua sangat tampan, tapi kami tidak lebih dari sahabat. Sheva dkk itu siswa terkenal di sekolahku begitu juga Arkan, Arsa, dan Kenan. Apalah dayaku yang buriq.
Soal musuh ya? Banyak yang benci aku — kebanyakan cewek — Aku sih fine-fine aja kalo gak ada yang cari masalah duluan. Hatersku makin bertambah setiap harinya. Lama-lama aku bisa famous.
Aku itu orangnya biasa aja. Nggak terlalu pintar tapi kalo ulangan selalu bagus nilainya. Kalo ada guru ngajar kadang tidur di kelas. Pernah waktu itu di suruh keluar gara-gara ketahuan tidur waktu pelajaran hehehe. Ya mau gimana lagi? Namanya juga ngantuk. Tapi heranya kalau udah istirahat dan pulang itu langsung segar bugar, gak nagntuk lagi.
Kayak saat ini nih, waktu pelajaran ngantuk. Pas denger bel istirahat bunyi mata langsung melek. Plis beri tahu aku kawandd jangan beri tempe.
"Kalian ke kantin duluan. Gue mau ke toilet bentar," ucapku setelah itu keluar kelas.
See, aku jalan aja di tatap sinis.
Aku berjalan menuju kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi aku cuci muka di wastafel. Biar gak ngantuk lagi selama pelajaran. Gini-gini aku juga takut di tegur apalagi kalo di hukum.
Brak!
Aku terlonjak kaget. Suara pintu toilet di buka begitu kasarnya oleh.... emmm kayaknya kakak kelas deh di lihat dari warna bed nya yang beda.
Widih kayaknya gue di labrak nih. Alig alig.
"Lo yang namanya Alsava?" tanya salah satu dari mereka berlima. Anjir di keroyok ini namanya.
"iya kak."
"Gak cantik-cantik banget sih. Lebih ke buruk rupa ya gak sih gengs," wah daebak.
"Lo siapa nya Sheva dkk? Sok kecantikan banget lo. Ganjen banget bitch," ucapnya. Mereka semua menertawaiku. Masih permulaan. Aku suka baku hantam soalnya.
Aku hanya tersenyum menanggapinya. Salah satu dari mereka... Kak Rifda. Aku lihat nametag nya. Dia mendekat ke arahku lalu memainkan rambutku dengan jarinya.
"Tampang kayak gini aja berani deket-deket Sheva." dia menjambak rambutku. Aku meringis. Ini sakit namun tak seberapa. Aku masih diam aja dan memilih tersenyum.
Aku menepis tanganya kasar. Dia menatap aku tajam. Ngeri man tatapannya.
"Gue gak bakal lemah soal cowok!"
"Wah guys nantang nih."
Tiga dari mereka maju mendekat dua lainya masih setia menonton dan merekam. Bahuku di dorong hingga punggungku menabrak tembok.
Plak
"lo tuh adik kelas tapi udah berani ya."
Plak
"Jangan deket sama Sheva lagi! Awas lo!"
Plak
"Dasar perempuan murahan."
Cukup. Kesabaranku sudah habis. Aku menatap remeh mereka.
Aku tersenyum miring "Udah? Segini aja? Shh, perih juga bibir gue. Lumayan lah tenaga lo semua. Kalian salah cari lawan kak," aku menggantung ucapanku.
