🐨Aku sudah menduga kalau hari ini, mmm mungkin sampai beberapa hari ke depan. Senangnya diri ini. Aku hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala, bukan dugem.
"Napa lo geleng-geleng sama senyum-senyum sendiri, Sehat?" Tanya Arsa sambil menyentuh keningku mengecek aku panas atau tidak. Nyebelin sangat.
Aku menyingkirkan tangannya dari kening suciku dan memukul lengannya pelan. Maklum, perempuan wajar kalau mukulnya pelan. Kalau keras yang ada di kira aniaya anak orang lagi.
"udah-udah ayo ke kantin. udah istirahat," Lerai Arkan.
Arkan menggandeng tanganku keluar kelas. Di belakang kita ada Arsa.
"udah istirahat?" Tanyaku ke Arkan. Dia hanya mengangguk.
"Lo sih kebo. Tidur tiga jam," Ejek Arsa kepadaku.
Lagi-lagi aku malas meladeninya, sedikit kurang mood. Aku yang sudah di pintu kelas ada yang memanggilku. Bukan Tuhan. Ini suaranya kaleman dikit.
"Kak,"
Aku menoleh kesebelah kanan. Kenan. Aku tersenyum dan berdiri di hadapannya.
"Ada apa hm?"
"Mau ke kantin bareng," Ucapnya.
"Ya udah, bareng kita aja" Ajakku.
Kami berjalan bersama ke kantin. Mungkin Kenan belum ada teman jadi dia mau ke kantin bareng sama aku. Jadi di sebelahku ada Kenan dan di belakang ada Arkan sama Arsa. Udah kayak bodyguard saja hehe.
Sesampainya di kantin kita cari tempat duduk dulu baru makan. Banyak pasang mata yang liat ke arah kita lebih tepatnya menatap kagum ke Kenan sama kembar. Sedangkan aku, aku ditatap tidak suka oleh kaum hawa. Halah aku bodo amat.
Aku di pesankan Arsa. Meskipun nyebelin, sebenernya perhatian. Nggak perlu aku rincikan apa yang mereka makan, pokoknya makan, terserah mau makan sama minum apa saja.
Makanan sudah datang, kami mulai makan makanan masing-masing. Kadang ngereceh juga mereka.
Di sela-sela kita makan, ada yang nyamperin kita. Lebih tepatnya Kenan. Aku gatau dan gamau tahu, yang penting makan dulu nomor satu. Males noleh hehe.
"Loh Kenan sekolah di sini?" Gatau siapa tapi berisik.
"Loh kalian sekolah di sini?" Itu Kenan yang jawab. Kalau kembar cuma nyatuin alisnya yang tebel.
"Woi gue kangen, udah lama gak ketemu!" Ini juga. Ngomongnya gak bisa santai begitu ya, udah tiga kali hari ini telingaku di nistain mulu. Sebel deh jadinya.
Terus mereka berpelukan kayak teletubis sambil bertos ria ala cowok. Ternyata Laki kalau ketemu sahabat gak ada bedanya sama perempuan ya :). Beneran, sampai seisi kantin ngeliat ke meja kita. Pada heboh sendiri.
Aku yang sudah kehilangan kesabaran menghentikan acara suap sendok ke mulut sendiri.
"Berisik!" Desisku kesal dan menatap sinis ke mereka yang berpelukan. Tapi, ada satu cowok yang gak ikutan pelukan, cuman tos aja. Aku salut. Aku ngasih dia jempol dengan muka datar. Dia hanya menatapku datar.
Yhaa, gak punya ekspresi dia. Muka tembok. Ciri-ciri punya banyak masalah hidup.
🐨
Waktu yang di kantin aku bilang kalau yang mukanya datar, muka tembok itu ciri-ciri punya beban hidup. Itu bener. Gak percaya? Silahkan.
Tapi, ada kok yang keliatannya ceria, happy di hadapan teman-temannya, haha-hihi padahal rasanya pengen mati. Banyak yang modelan kayak gini. Selalu mendengar padahal juga pengen sesekali di dengar.