Part 9 - Mencari tau

16 5 0
                                        





Rekomendasi lagu
Strange Feeling — Extraordinary You




🐨

Work hard


Play hard


Istira hard


Tidak ada yang lebih menyenangkan dibanding mendengar bunyi denting bel pulang sekolah. Setelah beberapa jam pusing berkutat dengan berbagai macam teori, akhirnya aku bisa bebas untuk melakukan segala macam hal yang sekiranya menyenangkan.

Tetapi, aku memilih untuk mampir ke indomaret dekat sekolah terlebih dahulu, mau beli biskuat hehe. Karena Arkan dan Arsa gak bisa anter pulang jadi aku pulang sendiri, huhuhu ngenes. Terlalu kentara kalau aku jomblo :'(

Setelah membeli biskuat dan minuman aku berjalan menapak aspal trotoar dan berhenti di tempat biasa menunggu angkot. Sebuah motor scoopy berhenti tepat di depanku. Si pengendara melihat aku yang menatap bingung.

"Loh, Ren? Ngapain?" Heranku.

"Mau pulang bareng?" tawarnya.

Aku menggeleng dengan sopan. "Makasih, gue naik angkot aja, Ren."

"Serius?" tanyanya lagi yang siapa tahu aku berubah pikiran.

"Iya," jawabku mengangguk yakin. Ren pun berlalu setelah berpamitan denganku. Sambil menunggu angkot, aku membuka ponsel untuk sekedar mengecek apakah ada notif. Ternyata tidak ada. Sepi, kayak hatiku :')

Aku memasukan kembali ponsel ke saku baju. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling dan mendapati sosok yang sempat membuatku khawatir waktu itu.

Cowok itu berjalan santai sambil membaca buku, memakai headset, membentuk dunianya sendiri yang mungkin di penuhi sepi. Padahal keadaan sekitarnya ramai dengan para siswa.

Bahkan, ketika melewatiku begitu saja saat kami berpapasan. Mengenyahkan orang-orang sekitar, termasuk aku yang padahal sedang mengamatinya.

Apa dia gak lihat gue? Sedikitpun? Bahkan hanya untuk sekadar melirik?! Batinku berteriak saat Sheva lewat di depanku.

Setelahnya dia berlalu begitu saja dan tetap fokus pada buku tanpa memedulikan keadaan sekitar. Mungkin aku terlalu percaya diri, dia bahkan tidak menatapku barang sedikit pun.

Memang setelah kejadian itu, kami sepakat untuk tidak mengungkitnya kembali. Bahkan, dia melupakannya dan menganggapku seolah tidak ada. Saat dia berkumpul dengan sahabatnya dan juga Kenan masih enggan menatapku. Padahal aku ada.

Aku menghela napas panjang. Ada yang mengganjal di hatiku. Aku langsung menatap kepergian Sheva, memperhatikan punggungnya yang semakin mengecil seiring melebarnya jarak di antara kita.

Sebuah kepingan rasa yang mulai muncul dari balik dasar hati. Mulutku ingin menyapa lelaki itu dan menanyakan bagaimana keadaanya, tapi tidak ada keberanian untuk saat ini. Aku bukan siapa-siapanya, untuk apa mengkhawatirkannya.



.



Mengingat kejadian tadi siang, aku jadi semakin bingung malam harinya. Dilema yang timbul dalam jiwa membuatnya makin penasaran dengan orang itu. Aku merasa kalau ada bagian dari diri Sheva yang hilang. Entah hilang atau di sembunyikan di balik dinginnya.

ALSHEVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang