Part 15 - Sama

14 5 0
                                    


🐨


Kami bertujuh jalan di pinggir lapangan basket. Bukan bts ya :v Umm bukan bertujuh sih tepatnya karena aku berjalan di belakang mereka berenam yang berjalan sejajar.

Aku tersenyum dan berhenti. Aku merogoh saku rokku mengambil hp berniat memotret mereka dari belakang. Sepertinya akan bagus.

Aku membuka aplikasi kamera lalu memfoto mereka. Hasilnya benar-benar bagus. Difoto ini mereka seperti sedang foto candid yang sedang tersenyum maupun tertawa. Aku mengulas senyum.

"Savaa awas!" Aku terkesiap karena ada yang meneriaki namaku. Aku sontak melihat ke arah datangnya bola yang mengarahku.

Aku malah terdiam tidak beranjak dan menutup mata seolah pasrah jika terkena bola.

Satu detik, dua detik, tigak detik. Aku tidak merasakan apapun. Aku membuka mataku. Dan kalian tau, aku seperti ayam yang di kurung di kandang anyaman bambu. Tau kan? Bukan yang kotak tapi yang itu loh, yang kayak rumah honai, nah itu. Errr gitu pokoknya.

Mereka mengurai lalu menatap ke arah lapangan basket dengan tatapan tajam.

"WOI SIAPA YANG NGELEMPAR BOLA BASKET?!" Tanya Vino dengan teriak. Semua siswa menatap ke arah kami.

"MAIN BASKET YANG BENER BODOH!" Teriak Arsa emosi.

"Udah-udah lagian gue juga salah kok malah main hp bukannya merhatiin sekitar," ucapku menengahi.

Lalu ada siswa yang menghampiri kita. Sepertinya kakak kelas.

"Gue minta maaf gak sengaja," ucapnya lalu mengambil bola dan pergi begitu saja tanpa nenatapku.

Tetapi seragamnya keburu di tarik oleh Sean "Kalo minta maaf yang bener," dia berbalik menghadap ke arah kami.

"Udah, dia kakak kelas. Yang sopan dikit."

"Meskipun Kakel tapi dia juga harus tau tata krama juga. Jangan maunya di hargai tapi gak mau menghargai," Ucap Arkan membalas perkataanku.

Kakak kelas itu menatapku sinis "Gue minta maaf," aku mengangguk.

"Gak usah sinis lo," Ujar Sheva ketus.

"Udah lah. Malu diliatin banyak orang, balik kelas aja," ajakku ke mereka dan di balas anggukan.

"GAK USAH LIAT-LIAT KITA!" Teriak Vino dan Kenan.

"Duh malu gue," gumamku dengan pandangan menunduk.

Aku memilih berjalan meninggalkan mereka. Bukannya gak berani sama kakak kelas itu, tapi ya malas aja cari masalah. Mereka berlari menyusulku dan menyamakan langkahku.

Mereka terkekeh melihatku yang malu. Sepertinya mereka memang sengaja membuatku malu. Lihatlah, banyak mata yang menatap ke arah kami. Menatap kagum ke sahabatku, lalu menatapku sinis.

"Gak usah kayak gitu lagian gue kalo kena bola basket gak akan pingsan kayak di cerita wattpad gitu. Gue kan strong," ucapku sambil menunjukkan lengan ku yang berotot.

"Iya strong. Stres tak tertolong," Ucap Arsa diiringi dengan kekehannya. Aku memukul lengannya.

"HIH!"

"Canda elah."

"Aku ke kelas ya kak. Udah mau bel masuk," pamitnya lalu mencium pipi kananku.

"HEH!" Ucap kami kompak. Kenan hanya menyengir dan langsung pergi

"Kalian semua tuh cari pacar sana biar gak ngintilin gue mulu. Haters gue bejibun anjir."

"Males. Lo aja jadi pacar gue, gimana?" aku menyentil bibir Vino karena asal bicara.

ALSHEVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang