Aku benar-benar tak tahu, mengapa manusia saling berseteru.
Aku benar-benar tak paham dengan pola pikir mahluk yang menempati rantai makanan teratas, strata tertinggi dalam hal memangsa.
T kembali menggoreskan ku dalam beberapa hari ini. Melukiskan sebuah konflik yang nyata, menuangkan opini-opininya melalui goresan tak beraturan yang membentuk sebuah sosok.
"Singa podium."
Aku ingat kala itu, T mengatakannya dengan menerawang jauh ke angkasa. Menatapi "langit-langit" tak berujung yang dihiasi bintang.
Atau apalah namanya!
T sering melakukannya. "Inspirasi untuk dicari." Dan banyak lagi ungkapan-ungkapan yang tak bisa kumengerti. Mungkin teman sesama manusianya juga mengalami nasib yang sama sepertiku.
T menggoreskan ku lembut, membuat sketsa podium dan seseorang yang berdiri di belakangnya.
Tapi, bentuk tersebut asing dan aneh. Pria berjas yang tengah ber-aksen seolah-olah menyuarakan sesuatu dari belakang podium. Kepalanya besar dan tubuhnya mini.
"Karikatur."
Begitu para manusia menyebutnya. Sebenarnya ada beberapa jenis gambar, tapi bukan waktuku untuk menjelaskannya.
Karena –mungkin kumpulan huruf setelah ini adalah induk kalimat– T lekas mengarsir dengan gila ...
Dan yang kumaksud "gila" adalah dalam artian sesungguhnya.
Pria besar itu gila! Benar-benar gila. Entah harus berapa kalimat gila yang harus ku ucapkan, namun itulah kebenaranya.
Awalnya T hanya tersenyum biasa, lalu sedikit terkekeh. Aku masih biasa dengan tingkah yang seperti itu, karena gadis kecil yang mematahkanku juga tertawa riang saat menggambar.
Aku menarik ucapanku soal T adalah seorang seniman sejati. T adalah SENIMAN GILA! Dan sialnya aku baru tahu dalam kurun waktu 48 jam ini.
Di ruangan yang sepi ini, hanya ada aku, T juga beberapa kanvas serta cat air dan kuas.
Tawa T makin menggema, memenuhi studio seninya yang berada tepat di samping kamarnya.
Harusnya aku senang , sangat senang karena sudah lima jam ini T tak henti menggambar.
Tatkala selesai, T akan mengganti dengan kertas yang baru. Perlu diketahui, T lebih suka menggambar dengan pensil, ketimbang menggunakan kuas dan cat air.
"Ada bercak seni yang tertinggal tatkala melihat bekas sketsa yang belum tertutup arsir secara sempurna." Begitu katanya.
Kembali kepermasalahan. T gila, ingat? dan aku baru mengetahui hobi anehnya.
Dia ... Masokis dan hidup berdampingan dengan botol miras. Tak hanya itu, aku pernah melihat tubuh kekarnya tanpa sehelai benang.
Dan yang membuatku terpaku adalah ... Luka sayatan sepanjang punggungnya dan jumlahnya ada tujuh! Kelihatanya 'pun masih baru.
Aku mulai merasa khawatir saat T kembali meneguk botol kesekian nya. Bau alkohol menguar dari mulut. Bibir hitam nya bersenandung lirih. Dan kalian tahu lagu apa yang ia nyanyikan?
Pelangi-pelangi ...
Alangkah indahmu, merah kuning hijau, di langit yang biru ...
Ya! Bocah besar dan cengeng itu menyanyikan lagu anak SD dengan suara parau, aku sendiri amat muak mendengarnya. T meracau!
Pelukismu agung, siapa gerangan ...
Ia membuang lagi gambarnya yang telah usai, kemudian menarik kertas lain. Meletakannya di meja lalu kembali menggoreskanku.
Pelangi, pelangi ciptaan tuhan ...
Kali ini ia membuat lingkaran sebagai sketsa sebuah kepala, lalu meneruskan langkahnya mencapai separuh badan.
Ia membuat wajahnya, ia melukis dirinya sendiri dengan amat teliti. Proposi anatominya juga tepat.
Ditambah, detail-detail seperti tahi lalat hingga bekas lukanya yang berada di tepi leher.
Namun, satu hal yang perlu di-ingat. T masih belum selesai menangis sambil besenandung.
Membiatku kian khawatir. Ia tertawa gila selagi berderai air mata. Gambarnya, lukisan wajah sempurnanya ...
Ia ubah menjadi sesuatu yang tak ingin kulihat sama sekali. Mengubahnya menjadi gambaran tentang ajal!
Dari tubuhnya, ia tambahkan beberapa paku dan pisau. Pecahan beling dan golok yang menancap ngilu di sekujur tubuhnya.
Tak lupa, ia membuat efek darah yang mengalir dari luka-luka. Aku ingin menjerit, aku ingin berteriak, meronta dan ....
Aku tak bisa bersuara pada akhirnya. Aku sangat ingin menghentikan gerakan tangan luwes T yang menarikanku di atas kertas.
Sorot itu kembali, kecewa, putus asa dan takut. Aku tak tahu apa saja yang sudah terjadi padanya.
Tapi yang pasti, aku sangat ingin menghentikannya. Walau suaraku tak terdengar, aku akan tetap menjerit, berteriak bahkan menangis.
Aku tahu ini salah, harusnya aku tak merasa senang saat kembali digunakan.
Dimana Gladis? harusnya ia di sini untuk menghentikan T. Harusnya gadis itu tak meninggalkan T tanpa pengawasan.
"Gladis, kembalilah!"
![](https://img.wattpad.com/cover/221415860-288-k278730.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HONESTY (End)
Povídkyjujur ... aku sebagian darimu yang selalu menghindari kata itu. jujur ... aku sebagian dari mereka yang dengan mudah meminta orang lain melakukannya. jujur ... aku sebagian dari kalian yang dengan amat sangat mengharapkannyya. dari ku, untukmu ... H...