prolog

133 39 8
                                    

Kata orang, dunia sedang sakit. Kata orang, dunia sudah tak bersahabat. Kata orang, dunia akan tamat.

Ya, itu kata orang.

Ditengah keramaian dunia, penuh intrik dan hingar-bingar yang memenuhinya, kita beralih ke sebuah kota. Di mana keramaian serupa juga tak luput dari telinga.

Tepatnya di sebuah sekolah yang sudah sepi ditinggal pergi penghuninya. Di bangku tua, seorang pemuda berseragam tengah mencoret-coret buku usang miliknya.

Membunuh kesunyian dengan mencurahkan kegundahan. Menikmati kesendirian, ditemani cahaya remang-remang.

Pemuda itu terus mencoret, tanpa perduli ada sepasang mata yang memperhatikannya dari tadi.

Dengan pena yang digenggam erat, ia menuliskan, ia menceritakan dan menjelaskan. Kadang mencoret, kadang menambahkan kata yang kurang.

Jari-jemari kurusnya menarikan pena dengan luwes. Tulisannya agak kecil, tertata rapi dan edi.

Bibirnya bergumam pelan, menyenandungkan lagu rindu yang akan ia sampaikan.

Melalui tulisan tangan yang rapi dan kadang tak beraturan.

"Untukmu aku sampaikan, sebuah tulisan yang asing untuk diceritakan ...."

HONESTY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang