"Gladis, kembalilah!" teriakku lantang. Aku tahu ini sia-sia, tapi aku tak bisa terus membiarkannya.
Aku sangat panik saat T lagi-lagi menorehkan sebuah luka baru pada gambarnya. Luka sayat yang menganga lebar di sekitar leher.
Aku bahkan bisa mencium aromanya, bau anyir darah yang nyata pada gambar yang ngilu untuk dipandang.
Kalian boleh menertawakan pensil lusuh sepertiku, menganggapku gila atau selainnya. Tapi aku bersumpah, bau cairan merah pekat itu nyata!
Aku merasa mual juga muak pada kenyataan, rasa mual itu menjalar ke seluruh bagian kayuku.
T menghentikan aktivitasnya sejenak, membuatku menghela napas lega, namun tak lama.
Ia terengah dengan air muka tak tertebak, sulit 'tuk dijelaskan, memang begitulah nyatanya keadaan.
T mengepalkan tangan kirinya kuat-kuat, aku menarik napas legaku yang sempat lolos tadi. Menyadari bahwa masalah tak hanya sampai di sini.
Apa yang akan terjadi?
Seharusnya aku tak bertanya, seharusnya kalian pun demikian.T menatap nyalang pada botol alkoholnya yang tinggal separuh.
"Kau ...." Ia kembali bungkam, tersedak kata-katanya yang sudah di ujung lidah dan terpaksa ia telan kembali daripada ia muntahkan mentah-mentah.
Entah sudah berapa lama ia menangis. Yang pasti, ia terlihat sangat kelelahan. Tangannya bergetar hebat.
Dengan sekali gerakan, T meraih botol hijau tua yang agak transparan itu. Mengankatnya tinggi-tinggi dengan sesenggukan dan ...
Seharusnya bunyinya begini.
P-Y-A-R
Walau tak mirip sama sekali dengan suara yang baru saja kudengar.
Ya! T membanting botol itu kuat-kuat, dan sayangnya ia membanting botol itu ke sembarang arah, hingga mengenai beberapa kanvas yang malang.
"Me-mereka ...." T kembali bersuara, di-iringi isak tangis yang dalam. Sarat akan kepedihan.
Pria bertato rantai itu mengacak rambutnya frustasi, lalu menjerit seperti anak kecil. Jeritan aneh, pilu dan menyanyat hatiku.
Tidak! Aku tak ingin melihat T sesedih ini sendirian, aku ... Aku merasakannya!
Rasa sakit yang meremukan dada, hingga bernapas pun sulit. Sesak! Rasa sakit yang setiap hari merengkuhnya, mendekapnya di antara dinginnya malam.
Rasa sepi yang selalu hinggap di hati, kecewa yang menggerogoti dan depresi berlebih. Aku merasakannya!
Tanpa kusadari, aku ikut menangis. Tak kalah kencang dari jeritan T barusan. Setidaknya ia tak lagi menangis sendirian.
BRAK!
Aku melongok dan terkejut. Mendapati seorang wanita cantik yang amat kukenal. Merangkul T dari belakang dan menjauhkanya dari gambaran kematian yang hampir selesai.
"T, please ..." keluhnya, memohon pada pria yang beku dengan tatapan kosong. Aku tak bisa berkata, bingung harus apa. Entah senang atau apa.
Wanita itu tak lain adalah Gladis, ia datang di saat yang hampir terlambat. Dengan membawa benda yang tak pernah ada di ruangan atau rumah ini.
Penghapus!
Nampaknya masih baru karena benda itu masih terngkus plastik asli dari pabrik.
Gladis lekas terisak saat mata bulatnya mengamati gambar buatan T. Aku yakin, ia juga merasakan nyeri di ulu hatinya.
Senyum sedikit mengembang saat Gladis menangis bersama T.
Satu lagi teman untuk berbagi kesedihan, berbagi derita yang entah kapan bisa menguapnya. Menerbangkannya ke awang-awang dan hilang diterpa angin Selatan.
Gladis membuka bungkus plastik penghapus itu dengan agak buru-buru, menghapus bagian leher ke bawah dan menggambarnya ulang.
Tangan lembut nya meraih ku yang tergeletak, jemari lentiknya menggenggam tubuh ku agak susah, kemudian sebuah goresan awal untuk sebuah lembaran baru
Srat!
Gerakan tangan yang sedikit patah-patah karena tak bisa menggores pensil se-pendek diriku, membuat ulang bentuk tubuh yang bentuknya mirip slime bagiku.
Namun gambar ini lebih indah daripada gambar Pilu sebelumnya. Gladis menarik kedua sudut bibirnya ke atas, merasa sangat puas dengan hasil karyanya.
Aku ikut tersenyum senang, dan sentuhan terakhir, Gladis menambahkan 2 buah nama pada bagian bawah gambar.
"Kaina Gladis Wijaya
♥
Theodoric Edward"
![](https://img.wattpad.com/cover/221415860-288-k278730.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HONESTY (End)
Short Storyjujur ... aku sebagian darimu yang selalu menghindari kata itu. jujur ... aku sebagian dari mereka yang dengan mudah meminta orang lain melakukannya. jujur ... aku sebagian dari kalian yang dengan amat sangat mengharapkannyya. dari ku, untukmu ... H...