Titik terendah manusia adalah di mana ia dalam keadaan paling bahagia. Hingga Ia lupa, bahwa takdir selalu mengajaknya bercanda, bahwa alam selalu membawa Karma dalam sakunya. Juga, kenyataan yang membawa banyak luka untuk ditertawakan bersama.
Awalnya, semua berjalan indah, penuh bunga dan cinta, penuh canda dan tawa, penuh air mata bahagia dan bukan air mata pilu.
Kita sebut ia Jaka Lelanang, pria tangguh dari desanya yang menjadi perajurit khusus di kerajaan. Ia menjabat sebagai wakil komandan di bawah pimpinan Jiwo.
Setelah kudeta dari ipar sang prabu yang menelan banyak korban jiwa, Lanang pulang ke desa. Ia bawa serta seorang wanita cantik dengan kulit kuning langsat, kontras dengan Lanang yang berkulit sawo matang.
Orang desa memanggilnya Gendis yang berarti gula.
Selain wajahnya yang manis dan sedap dipandang, sikapnya ramah juga sopan, membuat beberapa pemuda dari desa sebelah melirik.
Dari anak tuan tanah hingga juragan kolam sampai kaki tangan kerajaan lama.
"Mas, di sini adem," ucap Gendis malam itu, ia menyandarkan kepalanya di dada bidang Lanang. Duduk berdua di halaman sembari menatap bintang dan bulan yang mengintip cemburu di balik awan.
Lanang terkekeh, lalu mengusap lembut pucuk kepala Gendis. Gendis menoleh spontan saat tiba-tiba Lanang menghentikan kegiatannya.
"Kenapa?" tanya Gendis bingung saat raut wajah Lanang berubah muram.
"Enggak, kangmas hanya merasa kalau kurang pantas kiranya bersanding dengan nimas."
Pahit memang, Lanang tak ingin lupa siapa dirinya dan siapa Gendis yang kini merengut di sampingnya.
"Kangmas! sudah berapa kali nimas bilang, tak ada yang namanya kasta setelah Ayahanda tiada," ujar Gendis. Matanya memanas, lalu setetes mutiara cair luruh dari mata bulatnya.
Gendis memeluk erat Lanang yang terpaku pada ketegarannya. Belum sampai 100 hari ayahnya wafat karena kudeta, lalu terpisah dengan kakaknya dan bersembunyi di desa terpencil sebagai pelarian dari ancaman sekutu.
Gendis kuat, tapi disatu sisi ia sangat rapuh, dan tugas Lanang adalah menjaganya agar tetap utuh, amanat dari Prabu Merta, ayah Gendis.
~~~
Di kala itu, 33 purnama sebelum kudeta, Lanang yang hanya prajurit biasa bertemu dengan Gendis di balkon istana.
"Maaf, hamba kurang sopan–"
"Tak apa, lanjutkan prajurit," sahut Gendis sambil berlalu pergi. Lanang tak enak hati, karena nya, sang Tuan puteri harus pergi. Lanang sangat yakin kalau tadi sang Tuan puteri tengah asyik dengan kesendiriannya.
"Lanang! Sedang apa kau?" tanya seorang perajurit senior yang melihat Lanang hanya termenung di balkon istana yang harusnya ia periksa, untuk keamanan pesta malam nanti.
~~~
Rembulan silih berganti, dari Purnama hingga sabit, lalu hilang ditelan gelapnya malam.
Lanang naik pangkat jadi komandan dua, berkat jerih payah, hasil dari tetes keringat dan air matanya.
Namun, di malam setelah kenaikan jabatan nya, petaka datang tanpa diundang dan pemberitahuan.
KUDETA!
Adik ipar dari Prabu Merta –Prabu Galih– membawa serta pasukan dari berbagai macam daerah, dari tiap ibukota dan hampir tiap negara.
Menyerang kerajaan Arya dengan kekuatan penuh. Kerajaan Arya yang tak pernah menyangka adanya kudeta, kini kocar-kacir. perang pecah di pusat istana.
Raden Sri Putri tunggal yang melihat ayahandanya tewas di depan matanya, lari bersama para dayang, bersembunyi di belakang singgasana dan dan bertukar rupa dengan Maya, dayang termuda.
Maya dengan keteguhan hati, rela menjadi umpan agar sang Tuan puteri selamat.
Dan pada akhirnya, bertemu dengan lanang di balkon istana, tempat pertama kali mereka bertemu.
"Dayang, siapa namamu?" tanya Lanang dengan raut wajah serius.
Dalam keadaan ini ia tak boleh terlalu percaya pada siapapun, terutama pada sosok yang tak pernah ia kenal.
Raden Sri sedikit panik, lalu dengan terbata ia menjawab, "Nama saya ... Gendis."

KAMU SEDANG MEMBACA
HONESTY (End)
Short Storyjujur ... aku sebagian darimu yang selalu menghindari kata itu. jujur ... aku sebagian dari mereka yang dengan mudah meminta orang lain melakukannya. jujur ... aku sebagian dari kalian yang dengan amat sangat mengharapkannyya. dari ku, untukmu ... H...