Teror Dari Hutan Pinus: Enam

68 3 2
                                    

Sam

Setelah memancing 3 penjahat di dalam gubuk keluar, aku berlari menjauhi gubuk. Aku juga memberi beberapa perangkap tali yang tersebar di jalan yang kulewati.

Aaaaa!!

Suara teriakan itu muncul disertai suara gesekan tali tertarik menembus dedaunan. Beberapa penjahat juga sepertinya terperosok di dalam jebakanku.

Akhirnya, aku bisa mencari bala bantuan setelah ini. Dan Caca bisa memperlambat dengan hilangnya tawanan mereka.

Shit!! Shit!!

Rutukku ketika senter di kepalaku mulai eror. Berkedip sesukanya karena aku kebagian senter jelek.

Aku berlari melewati pohon-pohon pinus di kegelapan malam. Menuruni tanjakan yang cukup curam dengan tanah kering yang sewaktu-waktu bisa longsor dan menguburku dalam-dalam. Tanganku mengangkat ponsel untuk mencari sinyal di sela-sela langkah kakiku. Dan lagi, aku harus berkali-kali merutuk melihat sinyal tidak ada sama sekali.

Memang benar apa dengan firasatku sebelum mereka menghilang. Hutan ini dikendalikan sesuatu. Dan itu karena, ada manusia yang bersekongkol dengan penunggu hutan untuk mendapatkan organ dalam manusia, kemudian dijual di pasar gelap. Kemudian mayat itu dibuang dan di mangsa siluman menjijikkan itu.

Aku melihatnya ketika hendak menunggangi motor pergi dari hutan setelah pertikaianku dengan Rio. Saat itu aku mendengar auman keras disertai jeritan Caca.

Sesegera mungkin aku pergi menemui asal suara itu. Dan betapa terkejutnya aku melihat Caca pingsan kemudian dibopong pergi. Aku langsung menyelamatkannya ketika mereka mulai berburu teman-teman Clara serta Rio. Benar, berburu organ dalam mereka.

Dan anehnya, ketika aku sudah menolong Caca dan membawanya ke tempat aman, dia tidak segera sadar. Hingga ia tersadar ketika aku berusaha terus memanggil namanya.

Lariku memelan ketika merasa cukup jauh dari gubuk yang menjadi tawanan mereka. Sesekali aku menengok ke belakang melihat keadaan sekitar, berharap siluman yang pernah kulihat bersama 3 penjahat itu tidak mengejarku.

Dugh!!

Tubuhku ambruk karena tak sengaja tersandung sebuah akar pohon, atau.. bebatuan?

Padahal aku tak berlari sekuat tadi, tapi apesnya di akhir ini. Yaa.. ada untungnya juga, sih, jika sekarang. Tidak tertangkap oleh mereka.

"Hahaha.. kamu kira bisa lepas dari kami?" ,ucap seseorang di depanku.

Aku segera mendongak dengan memukul senter terkutuk yang ada di kepalaku. Hingga aku terkaget melihat tiga penjahat itu tengah tersenyum ke arahku.

Bagaimana dia bisa terlepas dari jebakan itu?

Shit!!

Aku bangkit dengan melempar pasir ke arah mata mereka, dan kembali berlari menuju jalan raya. Mencari bantuan, kalau bisa aku harus mencari polisi.

Dengan sekuat tenaga aku berlari, hingga perasaan lega muncul ketika aku menemukan sepeda motorku. Segera mungkin aku menaikinya, melaju membelah jalanan yang sangat sepi dan dingin. Dan titik-titik cahaya pun muncul membuat rasa legaku membuncah.

Gggrrrr...

Aku dikagetkan dengan seekor harimau di tengah jalan. Matanya menyala biru seperti sinar rembulan. Melangkah kemudian meloncat kearahku sehingga membuat aku oleng, dan terjatuh dari motor.

TEROR JINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang