Pukul 9 pagi. Jeongwoo yang baru saja selesai mandi lantas bergegas menuju meja belajarnya. Lelaki yang hanya mengenakan kaos polos putih dipadukan dengan celana bahan selutut itu dengan cekatan segera membuka laptopnya.
Kedua mata Jeongwoo sejak tadi hanya fokus pada layar laptopnya. Ia membaca dengan saksama kalimat-kalimat yang tertera di layar laptopnya dengan bahasa yang bisa dibilang sebenarnya jarang ia gunakan sehari-hari. Tapi, untungnya Jeongwoo cukup mahir dengan bahasa tersebut jadi hal itu tidak menjadi kendala besar baginya.
Dua jam waktu yang ia habiskan untuk berjelajah pada internet. Setelah merasa cukup, ia segera menutup web tersebut. Tangannya mengklik mouse wireless nya pada tanda shutdown. Lantas ia tersenyum melihat kertas polos yang kini sudah berisi catatannya sendiri bersamaan dengan suara ketukan di pintu.
Jeongwoo mempersilahkan orang di luar sana untuk masuk, "Mas, makan dulu ya. Makanannya udah mateng," Ucap wanita yang berdiri di ambang pintu. Jeongwoo mengangguk mengiyakan, kemudian menyusul turun ke bawah.
"Mama... pergi?"
Pertanyaan Jeongwoo membuat wanita paruh baya tersebut mengangguk. "Iya. Tadi berangkat pagi ada urusan katanya,"
Jeongwoo makan dalam keheningan sampai telinganya mendengar pertanyaan yang membuatnya sedikit terkejut. "Mas, ngomong ngomong temen Mas Jeongwoo yang dulu sering kesini itu apa kabar?"
"S-siapa? Haruto?" Tanya Jeongwoo ragu. Tapi, kalau dipikir pikir memang dulu temannya yang sering main ke rumahnya hanya Haruto.
"Oh iya. Mas Haruto..."
"Ng—baik." mungkin?
Jeongwoo kembali mengunyah makanannya. Namun, berkat pertanyaan tak terduga itu membuat Jeongwoo jadi kepikiran dengan Haruto. Lagi, dan selalu sepertinya.
Apa kabar laki-laki itu? Sudah beberapa bulan Jeongwoo putus komunikasi dengan Haruto. Bahkan keduanya kini sudah seperti orang asing yang tidak pernah kenal satu sama lain. Memangnya kalau pisah negara harus sampai segininya ya?
Seusai sarapan, Jeongwoo segera kembali ke kamarnya. Hari-harinya kini seakan seperti template. Tidur, makan, mandi, nonton tv. Sangat membosankan. Lantas lelaki itu membuka layar handphonenya, ia membuka aplikasi chat dan... kosong. Disana hanya tertera kontak keluarga dan Doyoung. Ya, Jeongwoo sudah tidak punya kontak Haruto.
Lagian Haruto juga mungkin udah lupa sama gue
***
"Yoshi kapan balik?" Tanya Hyunsuk tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi. "Woi. Jangan curang lu, gembrot!" Peringat Hyunsuk pada Jihoon. Mereka berdua tengah main FIFA di kamar Hyunsuk.
"Heh, enak aja lu! Gua tiap hari pilates tau gak?! Masih aja dikatain gembrot heran." Sungut Jihoon.
"Pilates apaan lu. Gaya bener!"
"Iri bilang bos."
Junkyu yang sedang asik rebahan hanya dapat menghela nafas, lalu berkata, "Capek banget gue punya temen kayak lo berdua. Tau gitu mending gua ngikut Yoshi ke Jepang, daripada disini sama lo berdua."
Game over.
Hyunsuk menghela nafas kesal karena merasa dicurangi oleh Jihoon. Laki-laki itu menatap Jihoon, "Apa??? Kalah mah kalah aja udah. Jangan gak terima gitu dong! Lagian udah dibilang gue paling jago kalo main ginian," Cerocos Jihoon yang disambut satu jitakan dari Hyunsuk. "Sombong bener lu bocah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunica [hajeongwoo] || TELAH TERBIT
FanfictionSequel of IPA [hajeongwoo] Bagaimanapun secercah kepingan cerita masa SMA akan selalu terekam jelas dalam ingatan Jeongwoo. Begitupun dengan apa yang Jeongwoo yakini, setiap hal yang terjadi dalam hidup sudah menjadi garisan dari Tuhan. Mungkin Haru...