Chapter 14: Sorry

2.8K 518 107
                                    

"Mas Jeongwoo, di bawah ada temennya." Ucap Bibi memberitahu.

Jeongwoo yang sejak tadi berkutat pada laptopnya lantas menyahut, "Iya, Bi. Bentar lagi aku turun. Suruh tunggu aja sebentar," Ujarnya. Namun, sedetik kemudian dia jadi berpikir memangnya siapa yang datang ke rumahnya?

Setelah merapihkan laptopnya, ia otomatis turun ke bawah dan mendapati Haruto sudah duduk di sofa ruang tamu. "Ngapain?" tanya Jeongwoo pada Haruto.

Mendengar pertanyaan Jeongwoo membuat Haruto memutar bola matanya malas. "Jemput lo. Lupa?"

Jeongwoo memijit pelipisnya. Dia lupa kalau Hyunsuk mengundang ke rumahnya untuk barbeque-an. Ia melirik jam dinding di ruang tamu, masih tengah hari, lantas mengapa Haruto sudah tiba di rumahnya. "Tapi ini masih siang, Hartono."

"Yaiya tau."

Jeongwoo mengernyit. "Terus? Lo ngapain udah jemput gue jam segini?"

Haruto mengangkat bahu. "Mau ngajak lo jalan jalan dulu. Nyari angin," Balasnya santai. Ngapain nyari angin mending juga cari pacar.

Jeongwoo berpikir sejenak. Ia lantas menolak, "Gak mau. Mau ngapain siang siang? Digondol wewe gombel baru tau rasa lo!" Ucapnya asal. Sebenarnya dia hanya malas keluar rumah siang-siang begini.

Haruto terkekeh mendengar ucapan ngawur dari Jeongwoo. Lantas ia membalas, "Mana ada wewe gombel? Yang ada wowo gembel kali." Ucapnya dengan nada meledek.

Kurang ajar lo merek closet

Jeongwoo melempar bantal sofa ke Haruto. "Ngeselin lo, Toto!" Ia memutar bola matanya sebal. Haruto nih gak ada berubahnya heran, tetep aja nyebelin kayak dulu.

Dengan begitu tawa Haruto justru semakin pecah. Dia rasanya seperti menemukan dirinya kembali. Dirinya yang sudah lama hilang sejak ia memilih pergi waktu itu. Ternyata memang hanya dengan Jeongwoo, ia bisa tertawa lepas seperti ini.

"Yuk?"

Jeongwoo lagi-lagi menolak, "Gak mau. Lo yang bener aja, siang siang malah keluyuran di luar." Balas Jeongwoo sambil memutar bola matanya malas.

Sebenarnya Haruto sedikit kecewa karena Jeongwoo menolak ajakannya. Padahal kapan lagi bisa jalan-jalan dengan Jeongwoo lagi setelah sekian lama mereka terpisah yakan. Namun, ia tidak ingin memaksa kali ini maka Haruto kembali berpikir.

"Yaudah deh. Gue nunggu sampe sore disini aja boleh 'kan?"

Jeongwoo bangkit dari kursi. "Yaudah. Terserah lo," Katanya kemudian ingin pergi kembali ke kamar, namun tangan Haruto lebih dulu mencegahnya. "Mau kemana?"

"Kamar." Jawab Jeongwoo. Haruto bingung harus bilang apa. Kenapa Jeongwoo jadi cuek banget ya?

Jeongwoo melepaskan genggaman tangan Haruto pada lengannya. Sebenarnya ia tidak enak juga kalau meninggalkan Haruto sendirian di ruang tamu. "Ke kamar gue aja. Ayo!" Ujar Jeongwoo pada akhirnya. Haruto dengan seulas senyum segera mengangguk dan mengikuti langkah Jeongwoo untuk ke kamar.

Hati Haruto menghangat ketika ia menyadari bahwa beberapa fotonya dengan Jeongwoo masih terpajang di meja belajar Jeongwoo. Tanpa sadar ia tersenyum mengingat masa-masa waktu SMA. Tadi Jeongwoo hanya mengantarnya sampai depan pintu kamar. Jeongwoo bilang kalau dia akan membuatkan Haruto minum, jadi ia membiarkan temannya itu untuk menunggu di kamarnya.

Tangan Haruto terulur mengambil salah satu bingkai foto yang berisi fotonya dan Jeongwoo. Senyum di wajahnya semakin merekah melihat benda itu. Ia bahkan tidak pernah bisa seperti Jeongwoo, memajang fotonya dengan teman-teman. Tapi, kalau dilihat-lihat yang terpajang disitu selain foto dengan keluarga hanya foto Jeongwoo dengan Haruto.

Arunica [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang