Chapter 25: Don't Leave Him

2.6K 449 210
                                    

"Halo?"

Jeongwoo menjepit ponselnya diantara telinga dan bahu. Ia segera menutup laptop, lalu beralih fokus pada sambungan telepon. "Kenapa?"

"Jeongwoo, udah dapet kabar kalo besok ambil ijazah di sekolah?"

Laki-laki yang ditanya otomatis mengangguk meski ia tahu temannya tersebut tidak melihatnya. "Iya, udah tau kok dari minggu lalu." Jawabnya.

"Mau bareng kesananya?"

Jeongwoo yang mendengar itu lantas menolak. "Nggak usah, nanti lo repot. Gue berangkat sendiri aja," katanya.

"Gapapa kok, Woo. Santai aja, kalo mau nanti dijemput sekalian."

Jeongwoo berpikir sesaat. Namun, ia akhirnya kembali berucap. "Nggak usah. Lagian lo beneran mau dateng besok ke sekolah?" tanya Jeongwoo.

Terdengar kekehan dari laki-laki diseberang. "Iya dong dateng. Emang kenapa?" tanyanya balik.

"Kaki lo gimana?"

Jauh disana Doyoung mengulas senyum. "Udah gapapa kok."

"Kaki lo udah sembuh, Do?"

"Maksud gue gapapa 'kan gue bisa pake tongkat atau kursi roda. Besok gue dianter juga, selama gue sakit nyokap nyari supir buat gue. Jadi kalo kemana-mana nggak repot." Jelas Doyoung. Sementara Jeongwoo hanya manggut-manggut mendengar penjelasan dari temannya.

"Gimana? Mau bareng nggak?"

Jeongwoo tentu tidak enak dengan Doyoung kalau ia berangkat bersama dengan laki-laki itu. "Nggak usah, Do. Gue berangkat sendiri aja. Lagian rumah lo sama rumah gue 'kan beda arah, nanti kasian lo kejauhan kalo harus jemput gue kesini."

Memang benar kalau rumah Doyoung dan rumah Jeongwoo berbeda arah. Ibaratnya sekolah ada di tengah-tengah. Jadi sudah pasti dari rumah Doyoung lebih dekat langsung ke sekolah dibanding harus ke rumah Jeongwoo lebih dulu.

Doyoung menghela nafas lalu ia kembali berucap, "Yaudah kalo gitu. See you there, Jeongwoo!"

"Iya, sampe ketemu Dobby!" Balas Jeongwoo lalu menutup sambungan telepon mereka berdua.

Jeongwoo menghela nafas menatap layar ponselnya. Ia jadi tidak enak dengan Doyoung karena menolak tawarannya, tapi dia lebih tidak enak kalau harus merepotkan lelaki itu apalagi kondisi Doyoung belum sepenuhnya pulih.

Sementara jauh di seberang sana Doyoung menatap ke jendela kamar. Sejujurnya ia merasa kesepian di rumah. Tidak ada teman kecuali Jihoon yang beberapa kali main ke rumahnya untuk sekedar menghibur.

Doyoung tersenyum membayangkan kalau besok ia akan ke sekolah lagi. Itu artinya dia akan bertemu dengan teman-temannya lagi. Namun, kemudian dia berpikir, "Jeongwoo jauhin gue gak sih?" tanyanya sendiri karena ia merasa belakangan Jeongwoo seakan menghindar.

Sesaat setelahnya Jeongwoo baru saja berniat untuk turun ke bawah, tapi handphonenya lebih dulu berdering. Ia mengurungkan niatnya ke bawah. Jeongwoo menatap layar ponselnya sesaat. "Kenapa Haru?"

"Gue telfonin dari tadi sibuk mulu. Abis ngapain lu?" Cerocos Haruto.

"Abis ditelfon Dobby. Kenapa?"

Haruto jadi terdiam mendengar nama Doyoung disebut. Dodol beneran mau jadi saingan gue lu ya?

"Haruto?!" Panggil Jeongwoo membuat Haruto kembali tersadar.

"Oh. Ngapain dia telfon?"

Jeongwoo menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi meja belajar. "Kepo aja lu." Sahutnya.

Arunica [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang