Chapter 9: Forgive The Past

2.7K 553 148
                                    

"Jeongwoo.."

Sosok yang dipanggil itu lantas menoleh. Sejujurnya ia terkejut namun setelah melihat orang yang baru saja memanggilnya tersenyum lebar ke arahnya otomatis membuat senyum ikut terukir di wajahnya.

Laki-laki itu berjalan mendekat ke tempat dimana Jeongwoo duduk. Ia langsung mengambil tempat di sebelah Jeongwoo, lantas ia menatap Jeongwoo dari samping. "Apa kabar?"

"B-baik." Jawab Jeongwoo berusaha mentralkan suaranya. Andai saja dia tahu kalau Jeongwoo tidak selalu baik-baik saja setelah ia pergi. "Lo... Apa kabar, Haru?"

Iya, dia Haruto.

"Baik juga." Balasnya. Jeongwoo melihat senyum terpancar di wajah Haruto, namun dia jadi bingung kenapa Haruto terkesan baik-baik saja tanpanya.

Mereka berdua lantas diselimuti keheningan setelahnya. Tapi, beruntungnya Haruto kembali bersuara memecah keheningan yang tercipta diantara mereka. "Woo, lo pernah kepikiran gak sih gimana susahnya jadi orang dewasa?"

Pertanyaan Haruto bagaikan out of the box alias Jeongwoo tidak pernah kepikiran bahwa seorang Haruto akan menanyakan hal seperti itu. Namun, dengan cepat Jeongwoo segera menjawab. "Hmm, enggak."

Haruto menatap lurus. "Kayaknya jadi orang dewasa tuh serumit itu. Mikirin hidup sehari-hari, percintaan, dan hal lainnya. Kadang gue takut dewasa.."

Jeongwoo jadi tertarik dengan pembicaraan Haruto. "Kenapa?"

"Nggak tau juga sih? Takut aja. Pasti bakal lebih banyak yang dipikirin dibanding waktu masih jadi anak-anak atau remaja." Haruto mengakhiri kalimat dengan menghela nafas.

Jeongwoo menyatukan jari-jari tangannya sendiri sambil berpikir. "Tapi, mau gak mau setiap orang pasti akan sampe ke fase itu 'kan? Nggak mungkin juga lo dari remaja langsung jadi tua? Pasti jadi dewasa dulu."

"Iya sih bener kata lo. Terus sekarang ini kita 'kan udah mau kuliah, udah mau masuk ke awal fase itu ya?" Jeongwoo mengangguk menanggapi pertanyaan Haruto.

"Berarti sebelum masuk ke fase yang baru buat jadi dewasa, setiap orang harus maafin masa lalunya. Dewasa itu bukan dilihat dari umur 'kan? Tapi, gimana cara berpikir dan bersikap orang tersebut buat ngadepin hal yang terjadi di hidupnya." Jelas Haruto.

"Singkatnya, lo ataupun gue harus maafin masa lalu. Karena tanpa masa lalu, kita nggak akan sampe ke titik sekarang. Apa yang terjadi di masa lalu itu buat dijadiin pelajaran supaya lebih baik kedepannya. Jadi nggak ada salahnya kalo kita maafin masa lalu buat ngelangkah ke masa depan."

Jeongwoo hanya terdiam. Sebenarnya dia tidak mengerti kenapa Haruto kembali dan tiba-tiba berbicara soal memaafkan masa lalu. Ia menarik nafas lalu menghembuskannya, lantas menatap Haruto yang duduk disebelahnya. "Gue ngga ngerti kenapa lo tiba-tiba ngomong kayak gini? Maksud gue, tumben aja gitu."

Haruto menoleh ke samping sambil mengulas senyum ke Jeongwoo. "Lo pasti bakal paham nanti." Ucapnya.

Sedetik kemudian Haruto bangkit dari kursi. Jeongwoo masih setia menatap ke arahnya, "Mau kemana? Lo mau pergi?" tanyanya.

Lelaki itu tersenyum. "Gue gak pernah pergi," Ucapnya membuat Jeongwoo mengernyit. Apa maksudnya? Sudah jelas-jelas dia pergi, lalu sekarang kembali.

Jeongwoo menatapnya dengan bingung. "Maksud lo, Haru?"

Haruto menatap lurus ke depan sambil tersenyum. Ia menarik nafas lalu menghembuskannya, kemudian tatapannya kembali beralih pada Jeongwoo. "Gue ada terus di pikiran lo, yakan?" Tingkat percaya dirinya memang tidak pernah pudar. Tapi, benar juga sih.

Jeongwoo mengelak ketika mendengar Haruto. "Sotoy banget."

Haruto tertawa geli karena balasan Jeongwoo, "Bilang aja gengsi mau jawab iya. Halah." Ledek Haruto pada Jeongwoo. "Nggak usah dijawab gapapa. Gue paham kok.."

Arunica [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang