Lagu di multimedia can relate sama hajeongwoo gak sih? wkwk
-
"Kabarnya Doyoung gimana, Woo? Kakinya udah baikan?"
Jeongwoo yang sedang terpejam sambil tiduran diatas trampolin lantas membuka matanya menatap Jaehyuk yang berada di sebelahnya dalam posisi duduk. "Dia udah pulang ke rumahnya sih. Cuma ya gitu, lo bayangin aja kaki di gips kayak gitu pasti ngehambat buat aktifitas. Yakan?"
Jaehyuk meringis membayangkan bagaimana rasanya mengalami cedera seperti itu sampai harus di gips. "Hmm, kasian juga ya."
"Gue juga gak tega jadinya, tau kalo dia harus pake alat bantu."
"Terus semenjak pulang dari rumah sakit, lo udah jengukin dia lagi?" tanya Jaehyuk yang dibalas gelengan kepala dari Jeongwoo. Meskipun Jeongwoo tidak menemui Doyoung, tapi sesekali ia masih berkomunikasi dengan laki-laki itu via chat, sekedar menanyakan kondisi temannya tersebut.
Mereka berdua sedang berada di halaman belakang rumah Jaehyuk. Jeongwoo menatap langit senja, sebentar lagi matahari akan kembali ke peraduan dijemput oleh malam.
"Gue pengen jengukin juga, boleh gak ya?" tanya Jaehyuk sendiri. Jeongwoo melirik ke lelaki yang usianya berada diatasnya setahun. "Ya, boleh lah. Lagian kalian udah pernah kenalan juga 'kan? Dobby pasti seneng kalo tau lo mau jengukin dia juga."
Jaehyuk tersenyum. "Tapi, lo temenin gue ya?! Kan gue gak tau rumahnya." Pinta Jaehyuk. Jeongwoo otomatis mengangguk mengiyakan. Setelahnya mereka berdua hanya berbincang bersama sambil menunggu matahari terbenam di langit sore Jakarta.
Langit sudah gelap sejak tadi bersamaan dengan Jeongwoo yang baru selesai belajar untuk ujian masuk kuliah. Ia melirik jam di dinding kamarnya. Pukul 10 malam. Terhitung sudah lima hari kehidupan Jeongwoo seperti kembali ke masa saat Haruto ada di Jepang, alias laki-laki bersuara berat itu tidak pernah datang lagi ke rumahnya.
Sebenarnya Jeongwoo ingin menghubungi Haruto, tapi bagaimana caranya kalau nomornya saja dia tidak punya. Selain itu, dia juga sebenarnya sedikit gengsi kalau tiba-tiba menghubungi Haruto setelah sekian lama mereka lost contact.
Ia mengacak rambutnya frustasi. Meski sejujurnya gengsi, tapi ia tidak bisa kalau harus lost contact lagi dengan Haruto. Apalagi mereka sudah berada di kota yang sama, kenapa harus diam-diaman begini. Dengan begitu Jeongwoo segera mencari kontak Jihoon di handphonenya, ia mengetikkan beberapa kalimat disana.
Ia tidak sabaran menatap layar benda pipih itu sambil menatap jam dinding. Beberapa menit kemudian, handphonenya berdenting tanda ada chat yang masuk. Ternyata pesan itu balasan dari Jihoon. Setelah mengucapkan terima kasih, Jeongwoo segera menyimpan nomor itu dengan memberi nama kontak yang sama seperti dulu.
Haruto Shippuden
Haruto
Sent.Jeongwoo menatap room chat nya dengan Haruto yang masih kosong. Beberapa menit kemudian tanda centang dua itu berubah jadi centang biru. Lantas ia mendapat balasan dari Haruto yang berisi, siapa ya?
Mengetahui bahwa Haruto belum tidur, lantas dengan keberanian diri Jeongwoo bukannya membalas chat Haruto namun ia justru memencet tombol telepon disana.
"Halo?" Suara berat Haruto memenuhi indera pendengarannya. "Ini siapa?"
Jeongwoo berjalan menuju tempat tidurnya. Ia lantas duduk sambil bersandar pada headboard. "Ini siapa sih? Malem malem iseng amat. Kalo gak jawab gue tutup." Ucap Haruto.
![](https://img.wattpad.com/cover/203407127-288-k63318.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunica [hajeongwoo] || TELAH TERBIT
Fiksi PenggemarSequel of IPA [hajeongwoo] Bagaimanapun secercah kepingan cerita masa SMA akan selalu terekam jelas dalam ingatan Jeongwoo. Begitupun dengan apa yang Jeongwoo yakini, setiap hal yang terjadi dalam hidup sudah menjadi garisan dari Tuhan. Mungkin Haru...