Derap langkah kaki yang semula tegas mendadak jadi mengendur diiringi dengan perasaan ragu. Laki-laki yang memakai kaos putih polos itu menatap satu rumah dari jarak beberapa meter. Ia menarik nafas dalam lalu menghembuskannya, setelah meniatkan diri maka ia segera melanjutkan langkahnya sambil menenteng satu benda yang sengaja ia bawa sekarang.
Sesampainya di depan pagar rumah berwarna hitam itu, ia lagi-lagi menghela nafas lantas suara bel terdengar di pendengarannya karena benda itu baru saja dipencet olehnya. Setelahnya wanita paruh baya keluar menghampirinya. Lelaki itu tersenyum ramah sesaat setelah diberi izin untuk masuk ke dalam.
Ia duduk di salah satu sofa ruang tamu sambil mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan sambil menunggu orang yang ingin ia datangi. Tadi wanita itu bilang kalau ia akan memanggil sang tuan rumah, itu sebabnya sekarang laki-laki itu hanya terdiam menunggu.
Beberapa saat setelahnya, suara yang sudah ia kenal terdengar memenuhi indera pendengarannya bahkan sampai seolah menggema ke seluruh ruangan karena sepinya suasana rumah itu. "Jihoon?"
Jihoon menengok mendapati lelaki itu tersenyum ke arahnya. Dengan begitu ia juga jadi tersenyum sambil mengangguk. Tanpa harus menunggu lelaki itu berusaha sendiri, Jihoon segera bangkit dan membantu orang tersebut untuk duduk di sofa.
"Makasih." Ucapnya tulus karena ia sangat terbantu oleh tindakan Jihoon.
Jihoon otomatis balas mengangguk tanpa menghilangkan senyum di wajahnya. "Sama-sama, Doy."
"Eh iya, mau minum apa?" tanya Doyoung. "Jus jeruk atau?" Tawarnya.
"Gak usah."
Doyoung menatap Jihoon dengan takjub. Ia menaikkan sebelah alisnya sambil menyengir, "Tumben? Gak haus emang?" tanyanya lagi.
"Kalo lu lagi gak begini juga pasti gue mau kalo ditawarin. Tapi, berhubung lo lagi begini gue gak mau ngerepotin. Hehehe," Jihoon menggaruk tengkuknya sambil terkekeh.
Doyoung yang mendengar ucapan Jihoon tentu jadi ikut terkekeh. Lalu ia berkata, "Yeee.. Lagian siapa juga yang mau bikinin buat lo?"
Ekspresi Jihoon yang semula ceria lantas berubah jadi ditekuk. "Kurang ajar lo." Sungutnya. "Kok gitu..."
"Bercanda elah. Serius nih gak mau minum?" tanya Doyoung lagi memastikan. Siapa tahu Jihoon hanya jaim di depannya sekarang.
Jihoon menggeleng sekilas lalu mengangguk dengan cepat. "Iya. Maksud gue.. Iya gak mau minum,"
"Oh yaudah. Bagus deh,"
"Kok bagus?"
Doyoung membenarkan posisi tongkatnya yang ia sandarkan, kemudian ia kembali menatap Jihoon dengan santai. "Biar irit air gue." Jawab Doyoung lalu tersenyum geli ke Jihoon karena ia lihat lelaki di depannya sekarang sudah semakin menekuk wajahnya menahan kesal.
Jihoon rasanya benar-benar ingin membuang Kim Doyoung ke laut sekarang. Belom aja Doy, kaki lo gue selengkat nanti kalo lagi jalan.
"Udah sih, Ji. Muka lo ditekuk terus kayak baju belum disetrika—kusut." Kata Doyoung.
Jihoon menatap lelaki di depannya dengan malas. Ia terang-terangan memutar bola matanya malas. "Diem lo, Kim Doyoung. Gue slepet lo ya!"
Setelahnya hanya tawa Doyoung yang terdengar memecah keheningan rumahnya dan itu berkat Park Jihoon. Sejujurnya tanpa Doyoung sadari, meski Jihoon terlihat kesal dengannya tapi dalam hati lelaki itu senang karena ia bisa menghibur temannya.
Jihoon memberi tatapan sebal ke Doyoung, "Tawa mulu lo."
"Tandanya gue bahagia." Jawab Doyoung. Oh gitu ya Doy?
![](https://img.wattpad.com/cover/203407127-288-k63318.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunica [hajeongwoo] || TELAH TERBIT
Fiksi PenggemarSequel of IPA [hajeongwoo] Bagaimanapun secercah kepingan cerita masa SMA akan selalu terekam jelas dalam ingatan Jeongwoo. Begitupun dengan apa yang Jeongwoo yakini, setiap hal yang terjadi dalam hidup sudah menjadi garisan dari Tuhan. Mungkin Haru...