Setelah baca jangan lupa vote dan kasih kritik sarannya ya readers ❤
Happy reading and enjoy the story! 🙌
.
.
.Ramalan cuaca pagi ini sudah memperkirakan bahwasannya di Jakarta akan segera turun hujan.
Tapi sebagian orang bersikap tidak perduli dan menghiraukan seorang reporter cuaca yang sedang berbicara di televisi. Termasuk gadis berambut pendek dan masih berusia 15 tahun ini, terlihat terburu-buru seperti sedang mengejar sesuatu.
"Sayang, bawa payung dong. Lihat tuh cuacanya mendung."
"Gak apa-apa ma, Lia udah terlambat nih. Hari pertama masuk sekolah, gak boleh telat."
Setelah berpamitan dengan ibunya, Aprilia Sukmawati segera menjinjing tas ranselnya lalu berlari keluar rumah. Tentu saja jika hari pertama sekolah semua murid diharapkan untuk displin. Tapi tidak hanya hari pertama saja, hari-hari berikutnya juga harus disiplin.
Baru saja kaki jenjang itu turun dari angkutan umum, hujan deras mengguyur kota Jakarta. Lia berlari kecil menuju sebuah toko buku yang tak jauh darisana untuk berteduh sembari menunggu hujan reda. Agar bisa sampai ke sekolah barunya, Lia memang harus naik dua angkutan umum, karena letak rumahnya lumayan jauh dari sekolah. Tapi hujan datang ketika gadis ini baru sampai di pemberhentian pertama.
Manik mata hazelnut itu menangkap seorang lelaki yang baru saja turun dari motornya. Lelaki itu berdiri disamping Lia sambil merapikan rambutnya yang basah. Tanpa sadar, iris mata itu melihat penampilan lelaki tadi dari ujung rambut hingga ujung kaki. Lelaki ini menggunakan seragam SMA, sama seperti Lia. Hanya saja baju putihnya terbalut oleh jaket bewarna coklat.
Sadar karena diperhatikan, lelaki itu menoleh kesamping dan manik mata keduanya bertemu. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka, tetapi hanya suara deras hujanlah yang terdengar. Kedua insan ini menciptakan suasana hening selama beberapa menit, sampai akhirnya mereka dikejutkan oleh suara helm jatuh.
" Motor siapa parkir disini? Geser dikit napa. Motor gua kagak bisa parkir nih."
" Maaf pak maaf, sebentar ya saya geser dulu."
Lia tertawa kecil saat melihat tingkah lelaki itu. Ceroboh, pikirnya.
Setelah dirasa urusannya sudah selesai, ia kembali lagi ke posisi awal, disebelah gadis berambut pendek ini. Tapi bedanya, sekarang senyuman manis terukir di bibir lelaki itu." Tadi saya perhatikan, kamu ngeliatin saya terus? "
" Maaf, tapi bukannya kamu juga ngeliatin saya? "
" Ya itu karna kamu ngeliatin saya, makanya saya liatin balik. Kasihan kan kalo gak di notice? "
Lia tidak bisa menyembunyikan tawanya dan tertunduk malu. Sementara lelaki itu tertawa sambil melihat kearah lain.
" Nama kamu? " Ucap lelaki itu tiba-tiba sembari mengulurkan tangannya.
" Aprilia. Aprilia Sukmawati." Ucap Lia sembari membalas jabatan tangan itu sambil tersenyum.
" Febrian Hardianto. Salam kenal, April."
" Salam kenal juga, Febri."
Lelaki itu refleks menurunkan jabatan tangannya dan tertawa hingga matanya menyipit. Lia yang melihat itu hanya memiringkan kepalanya sambil mengerutkan keningnya.
" Mohon maaf, tapi saya dipanggil Rian. Kalo Febri, feminim banget jadinya. Saya kan cowok, tulen lagi."
Sadar akan perkataannya yang menjadi penyebab Rian tertawa, Lia hanya mengangguk kecil sambil tersenyum.
" Pasti kamu lahir di bulan Februari ya? "
" Kamu juga kan, pasti lahir di bulan April? "
" Mudah banget ditebak." Ucap mereka berdua secara bersamaan.
Hening beberapa saat, lalu keduanya tertawa kecil sambil melihat kearah lain. Samar-samar, rona merah muncul diantara pipi mereka.
Selang beberapa menit kemudian, hujan mulai mereda dan cuaca kembali cerah. Orang-orang yang berteduh, satu persatu mulai berpergian.
Hingga akhirnya hanya tersisa mereka berdua.
Tak ada yang memulai pembicaraan lagi, hanya senyum yang terukir di bibir manis keduanya. Mau tidak mau, kedua pasang kaki itu pun harus melangkah pergi. Pertemuan dan perpisahan yang terjadi di dalam waktu yang sama.
.
.
.Lanjut atau enggak ya? 😴
KAMU SEDANG MEMBACA
Februari & April ; Takdir Kala Rintik Hujan [TAMAT]
Romance[CERITA SUDAH TAMAT] Kejadian enam tahun lalu, disaat rintik hujan membasahi kota Jakarta, seorang wanita yang lahir di bulan April dan bekerja sebagai model sekaligus pecinta karya sastra klasik, bertemu dengan seorang photographer jalanan yang lah...