Hai haiii..
Masih pada semangat kan pantengin cerita ini? Ayo dong semangat 😂
Udah mau tamat nih, jadi harus semangat ya bacanya ✊
Inget, jangan lupa di vote yaa!Happy reading ^^
.
.
.Sembari menunggu Intan di dapur yang sedang membuatkan teh dan cemilan untuk Rian, pria itu memutuskan duduk diam sembari memainkan ponselnya. Dia juga berharap di dalam hati semoga saja Lia tidak jadi datang.
Sepasang bola mata Rian melirik ke arah meja dan mendapati sebuah album foto. Tangan itu sedikit ragu ingin mengambilnya, tetapi jika hanya album foto saja tidak masalah bukan?
Rian membuka album itu dan melihat beberapa gambar yang tertera di sana. Foto semasa kecil Lia membuat bibir pria itu tertarik membentuk sebuah senyuman. Lia sudah cantik dan lucu sedari kecil pikirnya. Gambar-gambar Lia dan kedua orangtuanya pun ada di sana, saat Lia berulang tahun yang ketujuh.
Karena keasikan melihat foto-foto itu, Rian tidak menyadari jika ada selembar foto yang jatuh. Tapi ketika kakinya tidak sengaja menyentuh foto itu, Rian langsung menoleh ke bawah.
Dahinya mengkerut setelah melihat foto itu. Gambar dua orang perempuan sedang memakai seragam sekolah putih biru saling merangkul dan tersenyum indah. Senyuman bahagia yang terpancar di sana.
Rian menebak jika perempuan yang berdiri di sebelah kanan adalah ibunya Lia. Terlihat dari raut wajah dan rambut Intan yang hanya sedikit berubah di usianya sekarang. Tapi seorang perempuan yang berdiri di sebelah Intan sangat menarik perhatian Rian. Wajah perempuan itu terlihat tidak asing. Sangat tidak asing.
Kenapa mirip ibu?
Manik mata Rian masih terus menatap foto itu. Entah kenapa dia sangat yakin jika itu ibunya. Walaupun di sana perempuan itu berambut panjang juga, tapi dari bentuk wajah dan senyuman Rian sangat hafal. Dan satu lagi, Farah memiliki tahi lalat di bawah mata kirinya, sama seperti di foto.
Rian sangat yakin jika itu adalah ibunya.Tapi kenapa? Kenapa ibunya bisa berada dalam satu bingkai dengan ibunya Lia? Apa mereka teman sewaktu SMP?
“ Maaf lama ya, tadi saya ada telfon mendadak di dapur,” ucap Intan tiba-tiba sambil memegang sebuah nampan yang diatasnya terdapat sebuah teh panas dan beberapa keping biskuit.
“ Gak apa-apa tante,” jawab Rian ramah.
Intan mengambil tempat di depan Rian. Sedangkan pria itu meminum teh yang sudah dibuatkan untuknya.
“ Habis lihat album foto ya? ”
Rian meletakkan gelasnya. “ Iya, maaf kalau saya lancang.”
Intan tertawa pelan. “ Gak apa-apa dong, isinya juga kebanyakan foto Lia waktu kecil.”
Tiba-tiba saja Rian teringat akan foto yang baru saja dilihatnya. Dia pun mencoba untuk menanyakan hal itu kepada Intan. Mungkin hanya sekedar bertanya tidak apa-apa pikirnya.
“ Tadi saya gak sengaja—”
“ Assalamualaikum ma! ”
Suara nyaring seorang wanita membuat kedua orang di dalam sana sedikit terkejut. Sudah pasti pemilik suara itu adalah Lia. Intan segera menghampiri Lia yang sudah berdiri di ambang pintu.
“ Lia nginap ya ma? Gak apa-apa kan? ” ucap Lia sambil mencium kedua pipi ibunya.
“ Pakai nanya segala lagi. Emangnya ini rumah siapa? ”
Lia tercengir, kemudian manik matanya tidak sengaja menangkap sosok Rian yang tengah duduk di sofa ruang tamu.
“ Loh? Mas Febrian? ”
KAMU SEDANG MEMBACA
Februari & April ; Takdir Kala Rintik Hujan [TAMAT]
Roman d'amour[CERITA SUDAH TAMAT] Kejadian enam tahun lalu, disaat rintik hujan membasahi kota Jakarta, seorang wanita yang lahir di bulan April dan bekerja sebagai model sekaligus pecinta karya sastra klasik, bertemu dengan seorang photographer jalanan yang lah...