[CERITA SUDAH TAMAT]
Kejadian enam tahun lalu, disaat rintik hujan membasahi kota Jakarta, seorang wanita yang lahir di bulan April dan bekerja sebagai model sekaligus pecinta karya sastra klasik, bertemu dengan seorang photographer jalanan yang lah...
Semua orang bisa berbicara lewat kata-kata tanpa sadar yang dikeluarkannya itu benar atau dusta. ⭐⭐⭐
Keheningan menyelimuti ruang tamu di sebuah rumah besar bewarna putih. Seorang wanita paruh baya duduk di sofa besar yang ada di sana sambil memasang raut wajah yang sulit diartikan. Ia merasa tidak enak dengan seorang pria berumur 21 tahun yang sedang duduk di hadapannya ini.
" Mama mau jodohin aku sama cowok ini? " Ucap seorang gadis berumur 18 tahun. Raut wajahnya terlihat tidak suka saat wanita paruh baya itu meminta putrinya untuk mendengarkan penjelasannya.
" Sayang, ini bukan soal perjodohan kok. Mama cuma minta kamu buat jalin hubungan aja dulu sama Roni. Selain itu mama juga kenal banget sama Roni, dia calon direktur di tempat mama dulu kerja."
" Oh begitu? Tapi sebenarnya mama minta aku jalin hubungan sama cowok ini karena dia yang udah buat aku hancur kan?! "
" Aprilia! "
Sebuah tamparan singkat mengenai wajah mulus gadis ini. Pria yang tengah duduk tadi pun langsung berdiri, ia berusaha untuk menenangkan wanita paruh baya itu. Sementara gadis yang bernama Aprilia ini sangat terkejut ketika mendapatkan perlakuan kasar dari ibunya. Ia sama sekali tidak menyangka jika ibunya, Intan, akan menamparnya karena masalah seperti ini.
" Mama cuma kasihan liat kamu. Semenjak papa meninggal kamu selalu sendirian, murung, padahal kamu dulunya gak gitu sayang. Makanya mama pengen kamu jalin hubungan dengan seseorang."
" Tapi itu gak ngubah semuanya ma. Tetap aja papa udah gak ada! Dan sekarang mama minta aku buat jalin hubungan sama orang yang udah buat papa meninggal? Ironis banget. " Ucap gadis ini sambil terisak.
" Aprilia saya benar-benar minta maaf. Kecelakaan setahun lalu itu memang gak disengaja. Saya berani bersumpah."
Pria tersebut perlahan mendekati Lia yang sedang berusaha untuk menghapus airmatanya. Walaupun cairan bening itu tak kunjung berhenti.
" Bukan mama kamu atau siapa pun yang minta semua ini. Tapi saya sendiri, saya yang mau jalin hubungan sama kamu. Anggap aja ini sebagai penebusan dosa saya sama papa kamu. Saya janji akan buat kamu bahagia, Aprilia." ....
Jam weker bewarna peach yang terletak di atas nakas tak hentinya membuat deringan suara yang cukup mengganggu. Lia segera meraih benda tersebut lalu mematikannya.
Manik matanya pun melihat ke atas langit-langit kamar cukup lama. Memang sudah tiga tahun lamanya ia menjalin hubungan dengan Roni, tapi untuk ke tahap lebih serius wanita ini masih sedikit ragu. Terlebih lagi jika mengingat Roni lah yang menjadi penyebab ayahnya meninggal. Walaupun sekarang Lia sudah ikhlas dan tidak ingin mengingat kejadian itu lagi.
Sekarang ia hanya bisa mengikuti garis lurus takdir.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara jepretan kamera dan lampu sorot yang silau menerangi seorang wanita yang tengah berdiri anggun sambil berpose mengikuti arahan yang diberikan. Tangan seorang photografer yang sedang memegang kamera itu pun terlihat sedikit gemetar. Beberapa kali juga ia menarik nafas pelan dan mencoba untuk tenang. Tapi sayangnya, model yang tengah menjadi sorotan itu sadar akan perilaku pria ini.
" Mas Febrian gak apa-apa? "
Hampir saja sebuah kamera DSLR jatuh dari genggaman tangan seseorang yang namanya disebut oleh Lia.
" I-iya saya gak apa-apa kok." Jawab Rian sambil berusaha untuk membuat mimik wajah yang biasa saja. Tapi bagaimana pun juga, Rian hanyalah seorang photografer, bukan artis yang pandai berperan.
Lia langsung mendekati Rian dan berdiri di depannya, karena ia merasa ada yang tidak beres dengan pria ini. Jarak mereka sekarang pun cukup dekat sehingga membuat nafas Rian sedikit tersengal.
" Mas Febrian punya riwayat asma? "
Taraf kepekaan Lia sebagai seorang wanita memang cukup memprihatinkan. Padahal sudah jelas sekali Rian bersikap seperti itu karena jarak mereka yang dekat dan juga baju yang dikenakan Lia membuat Rian salah fokus ke bagian dadanya.
" Maaf, tapi bisa kamu mundur sedikit? " Ucap Rian sambil melihat ke arah lain.
Mendengar perintah dari Rian, Lia pun segera menurut. Ia mundur beberapa senti dari Rian tapi wajahnya masih terlihat bingung. Rian yang melihat itu sebenarnya jadi sedikit gemas.
Dia ini memang polos atau gimana ya...
Hingga tak lama kemudian seorang pria lain yang tengah memakai kaos bewarna putih menghampiri keduanya. Diketahui pria itu adalah manager Lia yang bernama Rahmat.
" Ada apa mas Rahmat? " Tanya Lia heran.
" Besok majalah xxx minta lokasi pemotretan di Bali. Jadi besok kalian berdua kesana ya. Aku udah ngurus semuanya." Jawab pria itu singkat kemudian segera berlalu.
" Yang pergi kita berdua? " Tanya Rian kepada Lia dengan raut wajah datar. Padahal jantungnya sekarang tidak karuan.
" Iya mas Febrian, cuma kita berdua. Ntar kalo urusan lighting dan sebagainya mereka nyusul di lokasi pemotretan."
Rian hanya mengangguk paham sambil tersenyum simpul. Mungkin jika tidak ada orang di sini, ia sudah berjingkrak karena kesenangan.
Siapa pun tolong selamatkan nyawa saya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. .
A/n : Maafin ya krna gk update belakangan ini... Karna aku lgi galau:") *skipp*
Tunggu part berikutnya ya^^ Makasih buat kalian yg udh stay sejauh ini ❤ eitt votement jangan lupaa ^^