Jangan lupa vote dan komen yaa ^^
Happy reading!
.
.
.Pada dasarnya kita berhak mengagumi siapapun, meski ada jarak yang mengharuskan untuk tidak terlarut.
⭐⭐⭐Mungkin jika ditanya hal apa yang sangat memalukan di dalam hidup Aprilia, jawabannya adalah ini. Satu kamar dengan pria asing akibat perlakuan dari seorang manajer gila yang tidak bertanggung jawab. Memang Rian bukan lah pria asing, tapi tetap saja mereka baru mengenal satu sama lain, dan itu juga belum sepenuhnya.
“ Maaf ya, t-tapi saya udah pesan extra bed kok! ” Ucap Rian salah tingkah sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“ Gak papa kok mas, saya paham. Lagian ini juga bukan salah mas Febrian, tapi salah mas Rahmat sialan itu hehe.”
Ting nong!
Tiba-tiba suara bel kamar mengejutkan mereka berdua. Rian yang memang sedari tadi berdiri di dekat pintu kamar langsung membuka pintu tersebut dan mempersilahkan seorang staff hotel yang sedang membawa sebuah extra bed bewarna putih.
Manik mata Lia terus melihat Rian yang sedang bercengkrama dengan staff tersebut. Raut wajah pria itu menunjukkan keramahan, kesopanan, serta kelembutan. Entah sadar atau tidak, yang jelas bibir merah wanita ini merekah membentuk sebuah senyuman.
“ Aprilia? ”
Lia terperanjak dari lamunannya karena suara Rian yang tiba-tiba mengejutkannya. Dan disaat itu pula ia baru sadar jika staff hotel tadi sudah pergi.
“ I-iya? ”
“ Mau pakai kamar mandi duluan atau gimana? ”
“ Baik, saya duluan. Tapi mas Febri—”
“ Saya keluar kok, mau ngerokok sebentar. Tenang aja.”
“ Oke.” Jawab Lia singkat kemudian ia mengambil beberapa pakaian dari dalam kopernya dan segera berjalan ke kamar mandi.Sementara Rian keluar untuk pergi ke tempat dimana ia bisa menghisap batang rokoknya.
Semilir angin malam menerpa wajah tampan pria berumur 24 tahun ini. Helaian rambut hitam itu sedikit menutupi matanya karena tertiup angin. Rian bersandar di pinggiran pembatas sambil menikmati pemandangan indah yang menarik netranya, yaitu ombak kecil yang berasal dari laut biru.
Senyuman manis dan wajah cantik Lia terus terbayang di dalam benak Rian. Bahkan sejak enam tahun lalu, di awal pertemuan mereka di depan toko buku dan rintik hujan yang membasahi kota, senyuman manis dan wajah cantik itu tidak pernah berubah. Bahkan wanita itu semakin indah di matanya.
Entah lah, hanya dengan mengingat senyuman itu, mampu membuat Rian kembali seperti remaja yang baru saja dilanda kasmaran.
Tapi bagaimana pun juga, Rian sadar jika ia dan Lia hanya sebatas rekan kerja. Tidak lebih.
Setelah menghabiskan waktu beberapa jam di bawah, Rian pun segera kembali ke kamar mengingat waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan besok mereka juga diharuskan pergi untuk melakukan pemotretan pada pukul delapan pagi.
Rian sedikit berlari kecil karena ia melihat pintu lift yang akan dimasukinya sudah hampir tertutup. Tapi ada seorang wanita di dalam lift tersebut yang melihat Rian, dan wanita itu segera menekan salah satu tombol di dalam sana agar pintu itu tidak jadi tertutup.
“ Terima kasih ya mbak.” Ucap Rian sambil mengatur nafasnya yang sedikit tersengal.
Beberapa menit tidak ada balasan karena netra wanita itu fokus pada wajah Rian. Hingga tak lama kemudian wanita itu membuka suaranya.
“ Rian? ”
Merasa namanya disebut, Rian langsung melakukan kontak mata dengan wanita itu. Ia sedikit mengkerutkan keningnya karena wajah wanita yang sedang dilihatnya ini seperti tidak asing.
“ Olivia bukan? ” Ucap Rian pelan, tetapi masih bisa didengar oleh wanita itu.
Sebuah senyuman terpancar jelas di bibir wanita yang bernama Olivia ini.
“ Lama gak jumpa ya, Rian.”Olivia Charletta
KAMU SEDANG MEMBACA
Februari & April ; Takdir Kala Rintik Hujan [TAMAT]
Roman d'amour[CERITA SUDAH TAMAT] Kejadian enam tahun lalu, disaat rintik hujan membasahi kota Jakarta, seorang wanita yang lahir di bulan April dan bekerja sebagai model sekaligus pecinta karya sastra klasik, bertemu dengan seorang photographer jalanan yang lah...