Vote dan komennya sangat diharapkan yaa ^^
Happy reading!
.
.
.Hari minggu adalah hari yang tenang bagi seorang pekerja jika mereka mendapatkan jadwal libur. Kebanyakan orang-orang menggunakan waktunya untuk tidur sampai setengah hari. Tapi berbeda dengan pria berumur 24 tahun ini, ia bangun dari tidurnya lalu menikmati udara pagi yang sejuk dari jendela tempat ia tinggal dengan secangkir kopi hangat di tangannya. Sekarang ia berada di sebuah kamar sepetak dan hanya berisi satu kasur untuk tidur, lemari kecil, dan perlengkapan lain yang ia punya.
Tiba-tiba saja Rian mengingat perkataan Lia kemarin. Bibir pria ini tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman. Rian sama sekali tidak menyangka jika ia sudah bertemu Lia selama dua kali. Pertama, saat sekolah ketika berteduh di depan toko buku, dan kedua saat di pameran lukisan.Bahkan ia bersyukur jika Lia masih mengingat siapa pemilik pemantik hijau tua itu. Walaupun Rian sedikit kecewa karena Lia tidak mengingat awal pertemuan mereka.
Smartphone milik Rian bergetar menandakan ada panggilan masuk di sana. Segera mungkin tangan kekarnya meraih benda tersebut.
Lagi-lagi jantungnya berdetak tak karuan dan manik matanya berbinar melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Ia tidak menyangka jika Lia menelfonnya pagi ini.
Ya mereka sudah bertukar nomor whatsapp." Selamat pagi mas Febrian." Sapa suara lembut di sebrang sana.
" Ya-ya selamat pagi mbak April."
Santai Rian santai,.. kamu gak boleh gugup. Dia udah punya pacar." Mas Febrian hari ini ada acara gak? "
" Saya free kok hari ini. Kenapa ya? "
Selama beberapa menit Rian mengerutkan keningnya karena tidak ada jawaban dari sebrang sana.
" Halo? Mbak April? "
" Hm itu mas, kalau mas Febrian gak keberatan, bisa temenin saya gak? Ke pameran lukisan yang ada di taman budaya. "
Pria ini terlihat berpikir sebentar. Bukannya ia tidak senang dengan ajakan April, bahkan ia sangat senang. Tapi ia takut jika terjadi kesalahpahaman dengan Roni.
" Begini mbak April, tapi mbak April bukannya berpacaran dengan pak-"
" Pak Roni gak bisa temanin saya mas, dia sibuk. Tapi kalau mas Febrian gak bisa juga ya-"
" Shareloc aja mbak, sebentar lagi saya jemput."
Rian menatap Lia sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Wanita yang tengah berdiri di hadapannya ini pun hanya bisa memasang raut wajah yang sulit diartikan.
Malu lebih tepatnya.
" Maaf mbak April, tapi kita naik motor, bukan mobil."
Wajar saja jika Rian berkata seperti itu, ia melihat Lia memakai bawahan rok span panjang bewarna hitam dan t-shirt square merah maroon. Tapi ia tidak mempermasalahkan atasan yang dikenakan Lia, hanya saja bawahannya sedikit mengganggu.
" Ma-maaf mas, saya ganti dulu ya."
Tapi baru saja kaki jenjang itu ingin melangkah masuk kembali ke dalam rumah cokelat besar itu, tangan kekar Rian langsung menahan pergelangan tangan Lia.
" Duduk nyamping aja mbak, saya gak masalah. Tapi mbaknya bisa kan? "
Wanita itu tersenyum puas sambil menganggukkan kepalanya. Lia pun memegang pundak Rian lalu duduk di motornya. Tak butuh waktu lama mereka pun melesat dari sana.
....
Di sini lah kedua pasang kaki itu berada. Di sebuah pameran lukisan yang cukup ramai. Walaupun cuacanya panas karena pameran kali ini terletak di luar ruangan, tapi tidak membuat pengagum seni menyerah untuk mengabadikan dan melihat keindahan lukisan-lukisan tersebut.
" Lihat lukisan itu deh mas Febrian, bagus banget! "
Suara nyaring Lia mengejutkan Rian ketika ia sedang asik memotret pemandangan yang ada di sana. Rian pun menurunkan kameranya lalu melihat ke arah lukisan yang disebut oleh Lia tadi.
Tapi bukannya fokus terhadap lukisan tersebut, justru netra milik Rian beralih pada seorang pria dan seorang wanita yang tengah bercanda gurau di sebuah bangku panjang bewarna putih.
" Loh itu bukannya Roni ya? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Februari & April ; Takdir Kala Rintik Hujan [TAMAT]
Roman d'amour[CERITA SUDAH TAMAT] Kejadian enam tahun lalu, disaat rintik hujan membasahi kota Jakarta, seorang wanita yang lahir di bulan April dan bekerja sebagai model sekaligus pecinta karya sastra klasik, bertemu dengan seorang photographer jalanan yang lah...