(26) Serpihan Luka yg Terbalut

3K 197 18
                                    

Tiada sesal yg harus dipendam, tiada putus asa yg mesti diemban, ketahuilah ujian ada disetiap takdir seorang hamba..
Kematian adalah takdir, kehidupan adalah anugerah, sedih adalah ujian, bahagia adalah bonus.

NKUA

------------------------------------------------------

Allah menurunkan penyakit berserta penyembuhnya, Allah menurunkan luka berserta penawarnya.. yakni, kebahagiaan.

Denting sendok yg bersentuhan dengan piring menjadi alunan diruang makan kediaman Arkam, tiada obrolan untuk sekadar bertanya apalagi bersua.

Semua terdiam bergelut dengan pikiran masing-masing, kesedihan yg ternyata masih membelenggu dihati semua orang, menyisakan sesak tersendiri.

"Abi dan Zeyna tak ikut makan?." Tanya Fian, suami Ahra memecah keheningan yg bersemayam diantara orang-orang yg terdiam dengan raut wajah kehilangan.

"Abi bilang nanti akan menyusul, tapi entahlah Abi tak kunjung keluar." Jawab Ahra menimpali.

"Alfran, istrimu?." Sambung Fian.

Geleng Alfran lemah menanggapi pertanyaan Fian, Ia bahkan tak sanggup terus membujuk istrinya untuk ikut makan bersama mereka.

Zeyna, istrinya itu setelah pulang dari makan Risna menjadi sosok yg tak banyak bicara, bahkan Ia tak beranjak sedikitpun dari sajadah yg tergelar di lantai kamarnya.

Terus membaca Al-Quran tanpa henti seakan-akan jika Ia berhenti maka nafasnya juga berhenti.

Tidak ada air mata yg menghiasi pipinya lagi, meski Ia tau hatinya menangis teriris karena kepergian yg Umi.

"Aku sudah selesai makan, aku akan membujuk Zeyna untuk makan." Pamit Alfran sembari membawa sepiring nasi berserta lauk dan segelas air putih.

Orang-orang dimeja makan hanya menggaguk, mempercayakan sepenuhnya urusan adik mereka pada Alfran.

Kebodohan membelenggu ketika teringat rasa sakit yg kau rasakan, disaat air mata mengalir deras dari pipimu, hingga seucap kata pun enggan keluar dari bibirmu.

Masih dengan posisi yg sama ketika Alfran meninggal istrinya, Zeyna kini masih termenung di atas sajadahnya, hanya saja Ia tidak lagi sedang membaca Al-Quran.

Alfran melangkah masuk, meletakan piring dan gelas yg Ia bawa diatas nakas dekat tempat tidur mereka.

"Kau tau, berapa usia kehamilanmu saat ini sayang?." Tanya Alfran lembut menggenggam tangan Zeyna yg masih terdiam dengan pandangan kosongnya.

Zeyna mengerapkan matanya, mencoba kembali fokus pada kondisinya saat ini, kehamilan yg semakin tua, si kembar yg selama dua hari ini Ia abaikan.

"Tujuh bulan, 3 Minggu." Ucap Zeyna lirih beralih menatap suaminya.

Alfran tersenyum lembut, beralih mengusap sayang kepala istrinya.

"Berapa lama kamu duduk dilantai hanya beralaskan sajadah?." Tanya Alfran lagi dengan nada lembut yg menenangkan.

Zeyna nampak berpikir, sebelum akhirnya menunduk.

NO Khalwat UNTIL Akad (Halal Bersamamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang