1-Lee Minho

1K 85 11
                                    

Aku tidak bakalan menyangka kalau rasanya dikuntit selama dua puluh empat jam tanpa bisa melapor kesiapa-siapa ternyata bakalan begini menyedihkan.

Semua ini berawal saat pulang sekolah hari itu. Hyunjin, si cowok super tajir yang hobi tepe-tepe ke semua cewek dan menerima perlakuan manis mereka dengan senang hati—namun bakalan mencampakannnya pada akhirnya—mengajakku nongkrong di kafe yang baru buka beberapa hari lalu.

Meski cowok itu tajir, dia hobi banget dengan yang namanya diskon apalagi gratisan. Kalau kutanya apa alasannya, dia selalu menjawab, "Yang tajir kan ortu gue, gue mah masih miskin banget".

Memang ucapannya banyak benarnya, tapi aku tahu kalau itu bukan alasan utamanya, Hyunjin punya rahasia kecil dan tentunya jika kalian penasaran apa itu, aku tidak bisa membeberkannya, biar kalian dengar sendiri dari mulut Hyunjin.

Nah, kafe ini masih perdana, untuk menarik konsumen mereka memilih menjalankan sistem all you can eat. Tentunya, Hyunjin yang hobi gratisan makin menggebu-gebu untuk makan sepuasnya.

"Ah sialan! Kenapa sih hari ini gue piket?!" teriak Hyunjin frustasi saat si ketua kelas, Bangchan yang hobi dipanggil Chan atau Bang Leader oleh beberapa dari kami itu menarik kerah seragam Hyunjin yang mengeluarkan tanda-tanda mau kabur.

"Rabu kemarin lo udah bolos, minta gantiin cewek bertampang nerd dari kelas X – IPA 2 buat piket," tegas Chan. "sekarang lo mau kabur lagi. Nggak-nggak! Nggak boleh kabur!"

Aku yang sedari tadi cuma menonton dari bangku figuran malah diseret kedalam masalah cowok itu seenak jidat.

"Minho ngajakin gue ke Kafe On Track yang baru buka itu loh! Mumpung lagi all you can eat!"

"Lah, kok bawa-bawa gue? Lo yang menggebu-gebu pingin ke sana," sungutku. "waktu mapel terakhir lo lemes kek orang mau mati sambil terus nyebut-nyebut Kafe On Track berkali-kali."

Hyunjin berlagak tersipu. "Aww, rahasia rumah tangga kok diumbar sih, Yang..."

Chan melotot, rupanya mau menyembur si Hyunjin habis-habisan. "Kok lo nggak bilang-bilang kalau ada kafe yang all you can eat baru sih?!" ternyata dugaanku salah. "Tau gini gue nggak cekal lo tadi. Kuy, gaskeun!"

Dan... satu hal yang lupa kusampaikan, Chan sang leader, juga sama bobroknya dengan kami.

"Tapi besok lo kudu datang pagi-pagi buat piket, Jin," ucap Chan saat menuruni tangga yang sudah sepi.

"HAH?!" teriak Hyunjin dengan nada alay. "Lo tau sendiri Chan kalau gue susah bangun pagi. Kalau si Minho nggak gedor-gedor pintu rumah gue, gue mana bangun."

"Bagus tuh inget jasa-jasa gue," sahutku.

"Iya dong," jawabnya bangga. "Minho tuh hero tau, kalau nggak ada dia gue pasti kelaperan tiap pagi dan siang. Aww sayang Minho dech."

Saat Hyunjin berusaha memelukku aku menjauh dengan cepat, alhasil karena Hyunjin lagi mode sinting, keseimbangannya kurang, hampir saja cowok itu nyusruk ke aspal dan bakal jadi bahan tertawaan orang-orang yang berlalu lalang.

Tapi karena Chan super baik hati atau malas ikutan menanggung malu jika Hyunjin malu-maluin, cowok itu menarik lengan Hyunjin, mencegahnya agar tidak jatuh.

"Sialan lo, Ho!" maki Hyunjin yang malah terlihat lucu. Muka paniknya membuat mukanya blo'on banget.

"Sori, sengaja," balasku singkat.

Tahu-tahu kami sudah ada di depan Kafe On Track yang kami singgung-singgungkan itu. Desain interiornya kekinian banget meski sederhana, malah kesannya minimalis. Pokoknya bagus deh buat isi postingan instagram.

[1] CTRL + C ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang