Hari ini pertama kalinya aku merasa begitu bahagia dan hidup lagi. Tidak, aku tidak benar-benar jadi manusia lagi kok, meski aku pingin banget sebetulnya.
Pagi-pagi aku membangunkan Minho yang memang sudah berpesan padaku malam harinya, ia melakukan hal ini lantaran jam bekernya rusak. Saat aku menyarankan agar menggunakan alarm dari hp dia menolaknya.
Ya sudahlah, dalam sekian lama aku berguna lagi dan aku cukup senang dengan hal itu.
Maka, sembari Minho menyantap sarapannya yang hanya oatmeal dengan susu kotak stroberi, aku duduk di hadapannya sambil memasang muka yang paling imut sebisaku.
Dengan nada memohon-mohon yang terderang menjijikkan di telingaku sekalipun aku menyuarakan isi hatiku.
"Minho, ikut lo ke sekolah ya?" tanyaku sambil mengerjapkan mata seimut-imutnya. "Janji, nggak bakal mengacau. Kalau gue bicara abaikan aja, tapi kalau lo kelepasan, ya udah itu salah lo."
Ya, seharusnya aku tidak mengancamnya duluan seperti itu. maka karena kebodohanku, awalnya aku mendapat penolakan keras tapi karena aku ini bandel, saat dia berangkat aku menguntitnya.
Gayaku benar-benar terlihat seperti penguntit hingga beberapa roh yang melayang-layang bebas di jalanan memandangku heran karena aku malah bersembunyi terhadap manusia.
"Kenapa bersembunyi? Mereka nggak lihat kita kok," ucap salah satu roh yang terlihat lebih lama dariku.
"Ah, nggak apa-apa, cuma pingin begini aja kok."
Tentu saja, aku tidak membongkar bahwa Minho bisa melihat roh, bisa-bisa dia mendadak jadi eksis dikalangan roh lalu aku dicuekin. No!
Aku terperangah saat Minho memasuki sekolah. Bangunan itu tidak besar-besar banget tapi rapi dan apik. Ada patung artistik di depan sekolah seakan berperan jadi ikon sekolah itu.
Sisanya seperti sekolah-sekolah pada umumnya.
Di lantai dua tempat kelas Minho berada, aku memutuskan untuk duduk bersila di depan kelas itu, sesekali juga mengamati anak-anak yang sedang olahraga di halaman depan.
Mendadak rasa iri menyelimutiku. Tapi buru-buru kutepis rasa itu.
"Hei, nggak baik jadi penguntit tau?"
Aku sadar benar kalau selama aku jadi roh, aku tidak pernah merasakan merinding sama sekali. Tapi kali ini berbeda, rasanya aku punya bulu kuduk yang masih berfungsi karena suara rendah Minho menyapa telingaku.
Aku berbalik kebelakang dengan cepat, lalu nyengir dengan muka tanpa dosa. "Habisnya di rumah saja membosankan banget."
"Kan ada Dori," bisiknya takut menuai perhatian.
"Lo nggak tau gimana kelakuan kucing lo saat lo nggak ada. Dia kerjanya Cuma tebar-tebar iler."
"Namanya juga kucing."
"Makanya jangan manjain dia dong, tau-tau rumah lo diserobot jutaan tikus tapi kucing lo cuma ongkang-ongkang kaki, mampus lo!"
Minho hanya nyengir dan melenggang pergi.
"Mau kemana?"
"Toilet."
Aku ber-oh-ria lalu putar haluan kembali ke kelas Minho. Dari papan yang tergantung di atas pintu aku melihat tulisan X – Bahasa. Hmm... ternyata aku lebih pintar dari dia ya? Dulu aku anak IPA.
Eh, tunggu... aku ingat satu kejadian di masa laluku! Yeay!
Tahu begini dari kapan-kapan aku ikut Minho ke sekolah, kali saja banyak hal yang bisa kuingat jika aku keliweran di sini. Nanti kuberitahu Minho, ah. Tapi sebelum itu rupanya aku punya tugas mulia deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] CTRL + C ✓
Misterio / SuspensoKepsek kami memberi tugas yang rada aneh, tapi tetap kami lakukan lantaran dihadiahi jam kosong serta keistimewaan lain. Namun, di beberapa ruangan yang sering kami santroni mendadak teman-teman kami tergolek dengan riasan yang bagus banget, seperti...
![[1] CTRL + C ✓](https://img.wattpad.com/cover/222033251-64-k672192.jpg)