17-

228 47 25
                                    

Awalnya aku bermaksud menghentikan cerita ini secara paksa lantaran writer block, tapi gara-gara dukungan kalian aku dapatkan semangatku lagi dan melawan writer block kali ini. Terimakasih ❤️😭

Kalau boleh, tetap dukung buku ini ya?

.
.
.

Hwang Hyunjin

Semoga aktingku cukup baik.

Rencanaku adalah patuh dengan apa yang Xion inginkan lalu saat dia mengambil pisau cukur aku akan membekuknya hingga pingsan.

Tapi, sialnya rencanaku tidak berjalan semudah itu. ada suara derit tangga lagi, itu artinya ada seseorang yang datang. Bisa saja Sanha bisa juga yang lainnya.

Muka Xion yang sedari tadi dihiasi senyuman kini luntur, dia langsung berdiri dan mengambil tongkat baseballnya, berjalan ke arah tangga. Ini kesempatanku.

"Berhenti di tempat atau gue akan ledakkan tempat ini, Lee Minho," ucap Xion dingin. "Yang Jeongin suruh konco lo berhenti. Hwang Hyunjin berhenti berusaha lo bisa nikam gue."

Aku membeku, sekarang aku merasa kecewa, niatku berkhianat pada Xion ternyata sudah cewek itu ketahui. Atau memang sejak awal ini adalah jalan rencanannya?

Cewek itu berjalan ke bawah tangga lalu suara pukulan tongkat baseball dengan benda berasal dari besi lainnya beradu.

Kemudian kengerian kami dimulai diiringi dengan lengkingan tawa Xion.

"Nikmati ini Hwang... ini hukuman bagus untuk pengkhianat," cewek itu melompat ke arah tangga seakan cewek itu sedang memamerkan pertunjukkan akrobat. Dengan lagkah yang terlihat bahagia, dia menyambut seseorang. "Hai tamu nggak diundang... suka banget ikut campur, apalagi lo, Yang Jeongin."

Sesaat aku hanya bisa melongo tanpa bisa melakukan apapun padahal tikus-tikus besar yang kelihatan lapar dan mengerikan itu tengah berbondong-bondong menyerbu ke arah kami. Oh sial.

Sejak kapan Xion menyiapkan tikus-tikus predator itu? dan parahnya, kenapa aku tidak menyadarinya sejak tadi?

Oke, sebenarnya aku rada terganggu dengan bau-bau aneh yang semerbak sedari tadi, kukira itu hanya berasal dari buku-buku lama yang tertimbun dan akhirnya jamuran lalu apek, atau bangkai tikus rumahan yang dibiarkan begitu saja mengingat ini adalah gudang.

"Shit!"

Kepalaku ditimpuk menggunakan buku cetak tebal oleh seseorang, eh tunggu, itu Cuma buku yang melayang!

"Jeongin?"

Jika dulu aku tidak percaya dan menganggap Minho konyol karena berinteraksi dengan roh atau malah berteman dengan mereka, kini aku ingin menelan semua pernyataanku. Keberadaan roh ini sangat amat membantuku.

Kudengar bunyi ketukan dari buku cetak itu, terdengar beraturan.

"Apa maksud lo?" aku mulai mencari-cari benda yang pas—meski cupu—untuk menyerang lusinan tikus-tikus lapar itu sambil menanti mereka mendekat ke arah kami.

Lagi-lagi aku menerima pukulan di kepalaku. "Hei! Gue bisa gegar otak lama-lama."

Buku itu akhirnya melayang di depanku dan mulai menghempaskan tikus-tikus itu menjauh sebelum semakin dekat ke arahku.

.

[CTRL + C]

.

[1] CTRL + C ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang