Hari ini jika ditanya, apa hal yang membuat mereka paling terpukul adalah Hyunjin.
Cowok super ceria itu kini nampak muram dan kusut, seragam putih abu-abunya yang biasa cermelang kini belepotan darah milik salah satu cewek famous, Arie. Tangannya yang biasa membuat keajaiban lewat karya-karya fotografinya kini bewarna merah darah.
Hyunjin dengan kepala tertunduk membiarkan rambutnya yang lepek karena keringat terjuntai ke depan menutupi sebagian besar matanya yang menatap kelu borgol di tangannya.
Minho selaku sohib karibnya kini memilih menunduk membiarkan air matanya menetes dalam diam sambil mencoba meredam emosinya yang meletup-letup di dalam hatinya. Jika saja tidak ada konsekuensi setelah perbuatannya, maka Minho akan memilih meraung-raung sambil memukuli petugas kepolisian yang bangsatnya membawa sohibnya ke dalam mobil polisi.
Tapi ia lebih memilih menahan rasa sakitnya, ia tahu betul, tidak hanya dirinya yang terluka, Hyunjin pasti jauh berkali lipat lebih terluka, temannya juga, mereka sama terlukanya.
Jeongin menangis tergugu, dia tidak bisa berbuat banyak bahkan usaha meraih tangan polisi itu agar berhenti menggiring Hyunjin adalah hal yang sia-sia, juga menjelaskan sebagian kronologi yang ia tahu pun merupakan hal yang sia-sia.
Para siswa mengintip dengan penuh rasa penasaran dari balik jendela kelasnya, bahkan merangsek keluar kelas dan mengerumuni polisi dan ambulance, hanya sebagian kecil yang iba, sebagian besar hanya sekedar kepo dan berlomba-lomba memenuhi story WhatsApp maupun Instagram mereka.
"Minho..." Pak Jeyepe datang menghampiri dengan tergopoh-gopoh seperti baru mendengar kabar ini dan langsung kesini. Tampangnya yang biasanya tegas dan berwibawa kini tidak lebih dari raut penuh khawatir dan tidak percaya. "Ini cuma salah paham kan?"
Minho mengangkat kepalanya, mengusap kasar air matanya yang tidak ingin berhenti. Ia mencoba tersenyum meski disetiap prosesnya hatinya nyeri. "Tidak... Hyunjin memang terbukti bersalah."
"Itu... nggak masuk akal!" sergah Pak Jeyepe. "Dia bandel tapi tapi bukan pem-"
"Semua bukti mengarah padanya, di CCTV UKS dia terbukti melakukan kejahatan," suara Minho tercekat, air matanya kembali luruh. Kini ia tidak berusaha menyembunyikan kesedihannya lagi. "Hyunjin bersalah, tapi saya nggak mau mempercayainya, namun saya bisa apa."
Bahu Pak Jeyepe seketika makin merosot. Ia berjalan patah-patah ke arah polisi lalu menepuk bahunya perlahan dan memaksakan senyumnya.
"Kenapa anak saya anda bawa, dia tidak melakukan kejahatan besar, dia hanya suka membolos karena bosan."
Polisi itu mengulas senyumnya, giliran dirinya menepuk bahu Pak Jeyepe yang terlihat rapuh. "Anda bisa datang ke pengadilan dan menyaksikan semua bukti kejahatannya, kami hanya melakukan prosedur karena Hyunjin terbukti bersalah."
"Bukti itu mungkin dimanipulasi, zaman sekarang para penjahat pada jenius."
"Silahkan anda datang ke pengadilan, kami permisi."
Rombongan itu meninggalkan kawasan sekolah menyisakan kesedihan yang mendalam bagi orang-orang yang dekat dengan Hyunjin.
Dan hari itu berlalu dengan rasa mencekik sepanjang hari.
.
[CTRL + C]
.
"Lo mau sampai kapan seperti ini terus, Minho?" nada bicara Jeongin terdengar gemetar.
Minho tidak membalas, dia tetap melihat televisi dengan sorot mata kosong, sesekali berkedip dengan gerakan lambat.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] CTRL + C ✓
غموض / إثارةKepsek kami memberi tugas yang rada aneh, tapi tetap kami lakukan lantaran dihadiahi jam kosong serta keistimewaan lain. Namun, di beberapa ruangan yang sering kami santroni mendadak teman-teman kami tergolek dengan riasan yang bagus banget, seperti...