Bukannya aku bermaksud jadi penguntit atau apalah, hanya saja berada di dekat orang yang dapat mengetahui keberadaanku itu rasanya bahagia banget.
Cowok itu tentunya tidak tahu menahu tentang perasaanku yang sendirian setiap hari. Memelototi remaja-remaja yang melakukan aktifitasnya dengan tampang macam-macam, kadang sedih, marah, hepi, atau ambisius mirip seorang psycho.
Sejujurnya aku iri dengan mereka yang masih bisa menyambung hidup, sedangkan aku malah berada di ambang hidup atau mati dan berakhir menjadi roh yang suka kelayapan.
Di kalangan para roh, penampilanku termasuk paling jelek dan aneh alias tampangku terlampau imut tanpa bekas berdarah-darah atau bagian tubuh hilang dan penyok sana-sini. Karena itu aku rada diasingkan dari pergaulan. Sayangnya di dunia roh tidak ada make up, kalau ada kan aku bisa mempermak mukaku supaya bisa setara dengan mereka.
Tapi untungnya, mungkin karena tampangku cowok itu tidak jejeritan melihatku.
Kini aku sedang duduk di ruang tamu sambil menonton kartun dengan usahaku sendiri. Maksudku, kami bisa kami para roh yang mau latihan memegang benda jika berhasil dapat memegang benda selayaknya kami hidup dulu.
Namun, yang bisa kupegang selama ini cuma remot TV lantaran hobiku yang suka menyelinap rumah orang dan nebeng TV mereka.
Cowok yang kutumpangi rumahnya tengah mandi dan berusaha mengacuhkanku. Ya sudahlah, tidak masalah, aku memakluminya. Pasti dia punya pengalaman macam-macam terhadap para roh yang membuatnya pingin banget jadi manusia normal.
Semerbak aroma masakan membuat hidungku tergelitik. Kan, perutku jadi lapar lagi.
Aku mematikan TV dan berjalan—atau lebih tepatnya mengambang? Karena sejak jadi roh, aku malas berjalan—ke arah dapur.
Pemandangan ini keren banget!
Cowok itu shirtless dengan rambutnya yang masih basah sedang memasak mie instan dengan muka serius. Aku memutuskan untuk duduk di meja makan sambil menopang dagu dengan muka mupeng.
Cowok itu makan dengan tenang sambil mengecek HP-nya, kadang juga tertawa dan mengetik dengan muka berapi-api.
Serius, ya ampun, lapar banget.
"Kak, aku lapar..."
Tentu saja aku dikacangi.
"Kak, pasti kakak punya pengalaman nggak mengenakkan dengan para roh. Tapi... aku tidak jahat kok. Pingin banget kakak bisa jawab omonganku."
Rupanya coeok itu masih bersikukuh tidak ingin mengakui keberadaanku. seusai makan ia mencuci peralatannya dan membuka kulkas. Di sana ia mengeluarkan dua potong strawberry cake yang terlihat menggoda.
Krim putih yang terlihat mengkilap serta strawberry merah merekah berukuran besar.
Tapi, baru kusadari cowok itu sialan.
Dia memakan kue itu dengan gaya penuh kenikmatan yang berujung pamer kepadaku. Mentang-mentang tahu kalau aku di depannya sedang mupeng banget dengan makanan itu, dia malah berlagak seperti itu.
Aku mencoba meraih kue itu dengan tangan kananku tapi cowok itu menariknya dengan gerakan alami. Kucoba berulangkali tapi hasilnya sama.
"Eh lo!" persetan dengan tata krama. "Mentang-mentang gue cuma bisa ngeces liat lo makan, lo nggak usah resek! Keselek mampus lo!"
Cowok itu menjulurkan lidahnya untuk mengusap sisa krim di bibirnya, sedangkan aku melotot karena aku tahu dia melakukan itu sengaja banget supanya aku makin jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] CTRL + C ✓
Mistério / SuspenseKepsek kami memberi tugas yang rada aneh, tapi tetap kami lakukan lantaran dihadiahi jam kosong serta keistimewaan lain. Namun, di beberapa ruangan yang sering kami santroni mendadak teman-teman kami tergolek dengan riasan yang bagus banget, seperti...
![[1] CTRL + C ✓](https://img.wattpad.com/cover/222033251-64-k672192.jpg)