20-

256 42 19
                                        

XION

Sudah kubilang kan kalau aku benci Jeongin lantaran cowok itu seenak jidat merebut Hyunjin dariku?

Karena kini Hyunjin mengkhianatiku secara mentah-mentah padahal aku sudah berkorban banyak untuknya. Sialan. Sekarang aku jadi membencinya sebenci aku pada Jeongin-Jeongin itu.

Aku tetap mengemudi mobil Carry reot yang ada di garasi rumah nomor 25 yang disimpan Black Mask selama ini untuk menemaninya melakukan persiapan ini-itu.

Omong-omong, siapa itu Black Mask? Aku juga tidak tahu siapa jati dirinya yang sebenarnya, dia selalu bersembunyi di balik setelan hitam lengkap dengan masker, bahkan kadang topeng hitam. Suaranya juga disamarkan dengan penyamar suara.

Yang jelas dia orang yang baik, meski setiap hari dia hampir memakiku macam-macam, bilang aku tolol dan sebagainya, ya ya terserah dia.

Black Mask adalah salah satu anak asuh orang tuaku, si pembunuh orang tua kandungku. Agar lebih mudah kini aku akan menyebutnya mom dan dad saja.

Mereka berdua punya anak asuh selain aku, waktu itu ada dua belas anak beragam usia, entah sekarang mereka sudah menambah anak asuhnya atau menguranginya. Kami sama-sama tidak saling tahu satu sama lain karena setiap kami bertemu memakai topeng adalah sebuah kewajiban.

Mom pernah bekerja sebagai maid di kediaman istana Hyunjin dulu, tapi sekarang beliau sedang meniti bisnis kecil-kecilan di Gang Kotor, sebuah tempat surga dunia yang bersembunyi dibalik bayangan—kami menyebutnya seperti itu.

Kembali lagi ke Black Mask, yang kutahu dia sedikit berbeda dari pada anak asuh lainnya. Dia semacam guardian bagi kami. Keahliannya yang paling tersohor adalah hacking. Tugasnya adalah membersihkan jejak kami yang hampir terendus polisi juga membantu aksi kami agar lebih mulus.

Meski Black Mask sudah mentololkanku kalau perbuatanku setelah ini akan menggiringku ke balik jeruji besi, aku tidak peduli. Toh, hidup Xion yang sebenarnya sudah berakhir sejak orang tuanya mati, jadi sekalian saja membusuk di penjara kan?

Aku memarkirkan mobilku di depan pabrik kosong yang ditinggalkan pemiliknya satu tahun lalu. Dua ratus meter harus kutempuh untuk masuk ke area rumah sakit.

Kutahu si Jeongin ada di ruang VIP.

Aku menyeret tongkat baseball-ku dengan tampang pongah, mataku mencari-cari perempuan lemah mau dokter atau perawat tidak masalah.

Dan sepertinya Dewi Fortuna tengah memihakku. Baru aku menyelinap di ruang laundry, ada perawat yang tengah memasukkan sprei di keranjang kotor.

Kuayunkan tanganku dan shoot, tongkatku mengenai tengkuknya.

Dengan cepat aku melucuti seragam rumah sakitnya dan memakainya.

Oh ya, sebelumnya rambutku yang berwarna blonde ber-highlight pink dan biru itu sudah kututupi dengan wig yang dicepol rapi.

Sebagai aksen terakhir kutambahkan kacamata yang membingkai mataku.

"Oh, ID Card! Hampir lupa."

Aku tersenyum puas lalu berjalan dengan langkah percaya diri ke lantai teratas rumah sakit ini.

"Let's play, my ex-boyfriend..."

.

[CTRL + C]

.

HWANG HYUNJIN

Setelah Jeongin siuman, dokter terus memantaunya dan baru memberi kelonggaran saat pukul sepuluh.

[1] CTRL + C ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang