╔═════════════════╗
Yang Jeongin
╚═════════════════╝
Pemulihanku berjalan lancar, syukurlah.Selama di RS banyak yang mengunjungiku, tapi semua wajah itu sungguh asing di mataku. Mereka periang, membawa banyak energi positif padaku, aku bahagia karena mereka.
Mereka sering berbicara tentang betapa membantunya aku dalam kasus aneh dan mengerikan yang menimpa mereka. Oh ya? Aku sangsi dengan cerita mereka, bisa saja hal itu hanya cerita kosong untuk hiburanku, tapi ternyata mereka tidak bohong.
Minho, dia saudaraku. Aku ragu sih awalnya, tapi setelah dia menjelaskan panjang lebar apa yang dia ketahui, tentang kecelakaanku di kolam renang, disambung dengan kecelakaan ambulance yang mau membawaku ke RS, hingga aku koma selama dua tahun.
Kata Minho aku mengalami amnesia, untungnya tidak total. Aku masih bisa mengingat sedikit masa kecilku, masa sekolahku, dan hal-hal lainnya. Tapi, aku bakalan lupa total apa yang kualami selama aku menjadi roh.
Yep, kata Minho—lagi—aku sempat melayang-layang tidak jelas kemana-mana hingga nemplok di kaca Café On Track saat dia makan. Lalu aku mengikutinya, merecokinya karena hanya dia satu-satunya manusia yang kutemui bisa melihatku dalam wujud roh.
Oke, kita tinggalkan kisah rohku, kurasa kalian sudah tahu kisahku yang satu itu. Jadi, mari kita buka lembaran baru sebagai Yang Jeongin si manusia yang bangun dari koma setelah dia tahun.
Kini aku tinggal di kontrakan yang cukup besar dihuni dengan delapan cowok lainnya. Omong-omong mereka yang biasa berkunjung saat masa perawatanku.
Kamarku ada di sebelah Hyunjin.
Dia baik, sangat baik malah. Aku tidak tahu apa alibinya bersikap begitu baik, kalau kata Minho dia sedang PDKT denganku. Oh ya? Aku tidak peduli, meski terkadang saat aku melihat wajahnya seakan aku pernah bertemu di suatu tempat. Entahlah.
Sepulang sekolah—aku bersekolah di tempat yang sama dengan Minho, dan satu kelas dengan Chan-Woojin—Hyunjin menungguku di lapangan indoor, tempat eskul panahan sedang berlangsung.
Entah kenapa aku mendadak suka olahraga, soalnya seingatku aku lebih suka hal-hal yang tidak membuat capek.
Di eskul panahan aku bersama dengan Changbin dan Felix, mereka berdua mahir, sungguh.
Mata mereka awas dalam melihat target, sedangkan aku, mencapai angka delapan adalah rekor terbaikku selama ini. Sering kali aku cuma bisa mengenai sasaran di angka lima sampai tujuh—bahkan biasanya lebih buruk.
Apalagi hari ini, Hyunjin yang duduk di pinggir lapangan terus-terusan memandangku (bukannya aku ge-er, hanya saja setiap aku curi pandang Hyunjin selalu melihatku, dengan senyum tampannya pula!) jadi aku grogi banget berakhir dengan panahku yang sedari tadi menancap di angka lima dan lima.
Aku pulang dengan mood yang rada jelek. Kemampuanku paling payah di tim. Padahal kan aku ingin banget ikut olimpiade panahan. Kan keren gitu lho, memanah tepat sasaran sambil disoraki cewek-cewek lalu meneriakiku Oppa dengan nada manja.
Membayangkannya saja membuat hatiku hangat.
"Segitu senengnya dipanggil 'Oppa'?"
Aku terkesiap, buru-buru menyembunyikan kertas berwarna baby blue yang dihias dengan doodle imut dari cewek-cewek yang menyukaiku. Si pengirim memanggilku Oppa dan tanpa kusadar aku mendekap surat itu.
"N-nggak tuh! Lo salah lihat."
"Iya deh... gue salah lihat," Hyunjin mengalah tapi dia tetap memasang senyum jahilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] CTRL + C ✓
Mystery / ThrillerKepsek kami memberi tugas yang rada aneh, tapi tetap kami lakukan lantaran dihadiahi jam kosong serta keistimewaan lain. Namun, di beberapa ruangan yang sering kami santroni mendadak teman-teman kami tergolek dengan riasan yang bagus banget, seperti...