8-Yang Jeongin

224 46 4
                                    

Tingkah cewek itu sungguh mencurigakan!

Kebetulan aku melenggang pergi lebih dulu dari pada Minho yang katanya masih ada urusan ke rumah temannya yang bernama Woojin.

Setelah menembus bangunan sana-sini aku tiba di depan ruang Klub Film. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling, masih kelewat pagi ternyata, pasti belum ada yang datang.

Tubuhku melewati pintu ruang Klub Film dan mataku terbelalak.

Karya Tuhan yang paling indah memang enak dipandang. Tidak disangka cowok bengal—menurut cerita Minho—yang hobi bolos dan telat—dari cerita Minho juga—datang sepagi ini?

Pasti ada udang di balik bakwan, atau memang dia tidak sengaja kepagian? Entahlah, tidak penting.

Aku duduk di sampingnya sambil senyum-senyum layaknya ABG yang baru jatuh cinta. Ehm... apa aku bisa disebut sedang jatuh cinta? Tidak-tidak, itu kan istilah untuk manusia saja.

Kupelototi lamat-lamat tanpa takut ketahuan, tapi aku mulai bingung saat gerak-geriknya mendadak aneh. Sepertinya dia terganggu penciumannya?

Saat dia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, aku pun ikut-ikutan dan... oh God, itu genangan darah yang berasal dari lemari!

"Hyunjin, ada darah di lemari! Buruan periksa!"

Dan begonya aku, Hyunjin bukanlah Minho yang bisa interaksi denganku, maka dia hanya menganggapku angin lalu.

Ya sudahlah, aku tidak bisa berbuat apa-apa walaupun aku jadi sosok yang pertama menyadari kejanggalan itu.

Aku menunduk saat menyadari diriku yang seperti ini tidak berguna sama sekali. Kalau saja bisa menyentuh benda seenaknya maka aku balakan eksyen duluan.

Eh?

Ini belati... tapi kok berlumuran darah? Pasti darah korban atau mungkin yang lain. Tapi aku yakin banget ini darah korban.

Apa jangan-jangan belati ini sengaja ditinggalkan pelaku. Tapi kan masa sih si pelaku sukarela menyerahkan diri? Sesintingnya si pelaku pasti bakalan antipati dengan penjara.

Atau... bukti kejahatan ini untuk menjebak seseorang lebih tepatnya Hyunjin?

Sialan! Cowok itu begeng banget sih. "Coy! Ya ampun, cepet panggil polisi atau ambulan, jangan deketin TKP tolol!"

Jelas lah peringatanku sia-sia, tapi kalau tidak mendumel rasanya gatal juga melihat tingkahnya yang super kepo tapi juga bego.

"Hyun! Kalau lo melangkah lagi lo bakalan nginjak dar-" yep, tentu saja sudah telat.

Arghhh! Rasanya aku bisa merasakan stres lagi deh!

Aku berusaha meraih ponsel Hyunjin yang tergeletak di samping kamera Sony yang dia namai Veronicca itu—omong-omong namanya kebagusan buat seonggok kamera.

Tapi... sial, gagal! Tanganku tidak mau memegang benda itu, padahal waktu aku tidak kepingin pegang sesuatu malah bisa kupegang!

Sialan.

Oke... tenang, calm down Yang Jeongin kamu bisa atasi ini. tenang, coba pikirkan kembali tekstur ponsel semasa kamu hidup, tenang... ya, terus bagaimana rasanya ponsel digenggamanmu... tenang sedikit lagi...

"Pembunuh!"

Sialan! Dasar cewek pengganggu!

Aku hanpir menangis rasanya saat tanganku menembus ponsel itu lagi.

"Ya ampun, Mbak, bisa nggak sih datang tuh salam dulu. Padahal muka lo alim dan kalem begini tapi tingkahnya... Oh God, stop!"

Ponsel Hyunjin mendadak diraupnya dengan kasar, lalu menatap nanar cowok itu sambil mengata-ngatainya.

[1] CTRL + C ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang