Catatan : apapun yang terjadi di chapter ini, tolong dibaca sampai habis, meski terkesan (makin) nggak jelas dan membingungkan, tapi kalau teliti bisa kok menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi.
Pagi ini aku kesiangan lagi alias kembali ke rutinitasku sebagai cowok kesayangan guru piket. Hukuman hari ini adalah menata buku-buku di perpustakaan yang banyaknya-aja-gile seorang diri.
Saat menyelesaikan dua rak, sosok lain melangkah masuk dengan tawa renyahnya yang cablak. Si receh Minho.
"Ngapain lo?" judesku. "Bukannya ada remed ulangan harian Antropologi?"
Minho mengendikkan bahu cuek dan mulai menyambar buku-buku yang ada di troli, membantuku. Aw, aku terharu.
"Iya memang, tapi gue bolos demi lo, terharu nggak?" Mataku memicing. "Oke-oke, gue nggak ikut remed soalnya gue cerdas, lo juga." Hah? "Mukanya nggak usah blo'on begitu dong. Lo lagi mood ngerjain soal ulangan hariannya waktu itu ya?"
Aku memikirkan kembali kejadian hari itu. "Ehm... sepertinya, jadi nilai gue sempurna nggak?"
"Yep, sempurna, sampai bikin Bu Sunmi melongo lalu memuja-muja lo sepanjang jam pelajaran. Dari pada gue muntah berdarah-darah mendengar lo dipuji habis-habisan, mending gue ngacir dengan sopan dan bantu lo, gimana? Heroik kan gue?"
"Iya deh, lo heroik banget."
Kami diam lagi dan memilih menatap buku ini agar cepat selesai dan bisa kabur ke kantin. Sayup-sayup aku mendengar percakapan lain, rada jauh dan pelan, sepertinya berjarak tiga sampai empat rak dari tempat kami berdiri.
"Gue bersyukur banget, rasanya baru kali ini dunia bersikap adil ke gue. Akhirnya cewek ular sok cantik itu lenyap!" dia tertawa dengan puas dan terdengar cukup tidak berperasaan.
Seingatku itu salah satu suara dari para fansku, kalau tidak salah pemilik suara ini adalah Arie.
Yep, meski banyak cewek yang mengerubungi—dan bukannya aku ini player—aku mudah menghapal suara orang sekaligus namanya, tapi kurang bisa menghapal wajah seseorang. Dan aku yakin betul, itu Arie. Cewek yang menjadi pengisi list tersangka yang kami kumpulkan.
"Akhirnya gue bisa bebas dari belenggu cewek nggak sadar diri itu. bisa-bisanya dia sok famous padahal cuma berbekal pansos ke gue. Misal kalau dia nggak ngemis-ngemis gabung ke geng kita, pasti dia udah jadi sasaran bully soalnya dia pembual parah!"
"Iya, itu sifat Rachel banget," cewek lain menyahuti, suaranya kalem terkesan cewek cupu pendiam yang salah masuk geng, tapi itu salah besar.
Cewek kalem itu adalah pusatnya, tampang inosennya adalah daya tarik utama bagi kaum cowok, bahkan bisa dibilang justri Arie-lah yang pansos dan menempeli cewek itu seperti lintah agar ketularan menjadi sorotan para cowok.
Bukan rahasia umum lagi, hampir seluruh sekolah sudah tahu hal itu. tapi cewek inosen itu tetap diam dan menerima Arie yang selalu mengelu-elukan dirinya yang paling oke diantara mereka betiga dan bahkan menuding Rachel yang tidak-tidak seakan dia sedang mengaca pada dirinya sendiri.
"Tapi omongan kamu barusan bukannya rada kelewatan?" ucapnya dengan nada yang tenang dan kalem, seakan emosinya tidak ikut campur dalam nada bicaranya.
"Kelewatan kata lo?!" suara Arie meninggi. "Rachel si cewek biadab itu dengan tololnya ngerebut cowok gue tau! Lo kira gue buta?! Lo juga tau kali, bahkan bukan rahasia lagi kalau si Tolol itu main gila dengan Sanha di belakang gue!"
"Kalau mereka main gila berarti mereka melakukannya atas dasar suka sama suka," jawab cewek itu yang kutahu namanya adalah Xion. "Mereka memang ada affair kan? Dan seluruh sekolah tahu hal itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] CTRL + C ✓
Misterio / SuspensoKepsek kami memberi tugas yang rada aneh, tapi tetap kami lakukan lantaran dihadiahi jam kosong serta keistimewaan lain. Namun, di beberapa ruangan yang sering kami santroni mendadak teman-teman kami tergolek dengan riasan yang bagus banget, seperti...
![[1] CTRL + C ✓](https://img.wattpad.com/cover/222033251-64-k672192.jpg)