╔═════════════════╗
Gang Kotor : Rumah Ujung
╚═════════════════╝Sebelas tahun silam.
⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉
Black Mask.
Aku akan menceritakan siapa diriku di sini. Baiklah, aku akan memulainya dari siapa aku dimasa kecil.
Aku bocah laki-laki biasa yang terlahir dikeluarga yang... entahlah. Aku tidak tahu siapa kedua orang tuaku, selama ini aku tinggal dengan nenekku dan kakak perempuanku. Mereka baik, sungguh.
Kukira, hidup bertiga saja sama-sama saling memiliki satu sama lain sudah lebih dari cukup, namun manusia tidak memiliki rasa cukup dalam hidupnya. Selalu ada standar baru setiap standar lamanya telah tercapai. Bagus sekaligus buruk.
Kakakku setelah lulus SMP memilih bekerja untuk menghidupi kami berdua. Tentu saja gaji anak lulusan SMP tidak seberapa. Makanya, kakakku mencari alternatif lain.
Aku tidak bisa menyalahkan cara kakakku mencari uang dengan cara yang berbeda, aku paham dia terpaksa, situasi mendesaknya, tidak ada yang mengulurkan tangan untuknya.
Jika ada orang yang dengan senang hati menerima kakakku bekerja meski hanya lulusan SMP tapi kakakku itu orang yang ulet, mudah belajar sesuatu yang baru, dan semacamnya. Hanya saja tidak banyak orang seperti itu.
Setelah semalam aku mendengar suara lenguhan kakak yang menyerah pada kukungan laki-laki yang dia bawa hari itu, esok paginya ia meminta maaf kepadaku karena pastinya aku terganggu.
Dia juga bilang, kalau punya cukup uang dia akan mengejar ujian kesetaraan SMA dan mendapat pekerjaan yang lebih layak.
Namun, uang yang ia kumpulkan terpaksa hanyut untuk pengobatan nenek yang tidak sedikit. Selama ini nenek menyembunyikan sakitnya. Ia hanya bergantung pada obat tradisional tanpa diagnosa valid dan baru ketahuan saat parah.
Nenek terpaksa diopname, biayanya tidak murah dan kakak jadi lebih sering membawa laki-laki ke rumah perhari. Wajah kakak lesu, dia capek, nenek juga, wajahnya pucat pasi.
"Kak, aku ingin cari uang."
Kakakku mendengar hal itu, mendengus gemas lalu mengacak rambutku. "Jangan, biar kakak aja, ya? Kalau kamu mau bantu kakak, kamu harus rajin belajar."
"Tapi yang kita butuhkan sekarang uang, bukan nilai tinggi. Itu hanya sebatas angka ngga berguna, lama-lama juga dilupakan dan menjadi sampah. Lebih baik aku cari uang juga."
"Memang, nilai itu akan dilupakan, tapi kamu tau apa yang terpenting? Prosesnya, hal itu nggak akan dilupakan bahkan sangat-sangat berguna buat kedepannya."
Aku mengerti, jadi aku mengalah.
Satu bulan, dua bulan, hingga bulan keempat, nenek meninggal karena sakitnya. Kakak yang paling terpukul.
Dua minggu setelah itu kakak berubah. Tidak ada kakak yang tersenyum tulus terhadapku, kini ia kerap memalingkan muka setiap aku memanggilnya. Kini laki-laki yang dia bawa ke rumah adalah laki-laki yang sama.
Kakak kerap pulang dini hari dengan keadaan mabuk. Sebagian besar uang yang ia peroleh habis untuk menuntaskan hasrat kecanduannya terhadap alkohol juga rokok.
Hingga suatu hari aku tahu kakakku sudah menjadi pemakai. Dia jauh lebih sensitif dari sebelumnya. Efek yang benda itu timbulkan hampir membunuhku.
Beberapa bulan aku hidup dengan uang duka. Seharusnya aku tidak boleh menyentuhnya, tapi kakakku... ya begitulah.
Tidak lama saat uang itu telah habis, kakaku tidak pernah pulang ke rumah lagi, dia hanya meninggalkan sejumlah uang dan surat. Ia memutuskan hubungan denganku, ia kabur dengan pacarnya, laki-laki yang akhir-akhir ini ia bawa ke rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] CTRL + C ✓
Mystery / ThrillerKepsek kami memberi tugas yang rada aneh, tapi tetap kami lakukan lantaran dihadiahi jam kosong serta keistimewaan lain. Namun, di beberapa ruangan yang sering kami santroni mendadak teman-teman kami tergolek dengan riasan yang bagus banget, seperti...