Lee Minho
"Ah, silahkan masuk," akhirnya setelah terdiam beberapa saat Jisung bersuara dengan nada riang khasnya. "Lo duduk di kursi depan Minho aja."
Aku melotot kepada Jisung tanpa disadari cewek itu, tapi dia malah acuh seakan tidak menerima berbagai macam protes dariku.
"Bagaimana kabar kalian? Maaf baru bisa jenguk sekarang," katanya dengan suara pelan dan kepala rada menunduk. "Ini ehm... tolong dimakan."
Olivia menyerahkan box dari toko kue yang tidak jauh dari sini dan hell harga kue disitu mahal-mahal!
Seungmin langsung beranjak dari brankarnya lalu mengambil kursi di samping brankarnya. Memindahkannya tepat disebelahku. Tangannya dengan cepat menarik box kue yang Olivia angsurkan.
"Terimakasih, padahal nggak usah repot-repot bawa buah tangan."
Seketika aku langsung menginjak kakinya dan setelahnya aku malah dapat cubitan di perutku, itu sakit.
"Cari Hyunjin?" celetuk Felix yang beranjak juga dari brankarnya, dan duduk di sebelah Seungmin.
Jadi posisi kami rada lucu, Olivia duduk di seberang kami bertiga sedangkan Jisung tetap di atas tempat tidurnya. Seakan kami semua ingin menghakimi Olivia saja.
"Ng-nggak," jawabnya gugup.
"Nggak usah gugup begitu," Jisung menepuk pundak Olivia dengan gaya sok akrab. "tatap mata kami kalau bicara, kami nggak gigit kok."
Aku tahu meski ucapan Jisung menggunakan nada yang ceria namun, bagi Olivia kalimat Jisung tidak lebih dari hal yang menyeramkan. Rasanya sekarang Olivia seakan benar-benar mau diinterogasi.
"Ehm... gue kesini mau bilang sesuatu, sebuah penjelasan mungkin, itupun kalau kalian nggak keberatan mendengarkan."
"Kami senggang kok, jadi bilang aja," jawab Seungmin dengan nada ceria pula.
"Gue harap kalian nggak menuduh gue macam-macam lagi, tapi percayalah gue nggak ada sangkut pautnya dengan kasus-kasus selama ini."
"Biasanya yang bilang 'gue paling nggak bersalah' malah pelakunya," kata Jisung dengan nada mencibir.
"Nggak! Gue dimanfaatkan!" kilahnya.
"Oh ya?" jawabku ragu.
"Ada orang yang mengancam kalau dia akan menyebarkan rahasia gue."
"Someone? Who?" Felix menyahut dengan penasaran.
"Nggak tau, dia meneror gue lewat telpon selama dua minggu."
"Rahasia yang mana? Kita kan nggak saling tukar rahasia," sahutku.
"Yang kalian tau," Olivia mendongak, menatap satu persatu mata kami dengan serius. "Masalah gue dengan Rachel, ya itu benar, Rachel memberi gue pekerjaan, dia memang udah memberi rinciannya tapi hanya sebatas menjadi penuang minuman di tempat karoke."
"Just it?" Felix merespon.
"Lo paham nggak sih rincian pekerjaan itu? Maksudnya 'penuang minuman'?" tanya Seungmin dengan raut wajah tidak sabaran.
"Gue paham kalau itu memang cuma menuang minuman buat tamu di ruang karoke sambil menemani mereka ngobrol."
Kami berempat saling berpandangan. Cewek ini polos banget, man!
"Tapi, tau-tau kerjaannya lebih dari itu dan saat gue protes ke Rachel cewek itu malah mengelak dan bersikap seakan-akan kehilangan yang gue alami bukan hal besar yang patut diributkan."

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] CTRL + C ✓
Mystère / ThrillerKepsek kami memberi tugas yang rada aneh, tapi tetap kami lakukan lantaran dihadiahi jam kosong serta keistimewaan lain. Namun, di beberapa ruangan yang sering kami santroni mendadak teman-teman kami tergolek dengan riasan yang bagus banget, seperti...