4-Hwang Hyunjin

304 51 0
                                    

Saya salah hitung :v, harusnya up tiap hari biar bisa selesai dalam satu bulan.

.

[CTRL + C]

.

"Seperti yang udah gue jelaskan tadi," jawab Jisung sambil menyesap teh hangatnya. "Ada lomba film pendek, kalau bisa masuk sepuluh besar bisa maju ke babak selanjutnya dan pemenangnya karyanya bakalan di angkat ke layar kaca dengan durasi yang lebih lama dan ceita lebih kompleks lagi."

Aku manggut-manggut mendengar penjelasannya.

"Lalu, kenapa kalian semua bisa ada di sini, nggak mungkin kan dua orang survei tempat tapi yang lain boleh keliaran?"

"Kami sama kek kalian berdua yang hobi bolos," jawab Woojin. "Eh ralat, lo doang sih Jin. Tapi cara kami lebih terselubung dan licik, yaitu pakai alibi survei tempat macam-macam dan beli perlengkapan syuting."

"Beh, kayak mau syuting film layar lebar aja deh!"

"Whatever, tapi intinya kita bebas dari belajar!" sahut Seungmin yang diluar dugaan, padahal cowok itu kelihatannya demen banget dengan buku, bahkan aku sempat curiga kalau dia diam-diam jatuh cinta setegah mati dengan buku-buku itu.

"Naskahnya udah ditentukan?" tanya Minho penasaran.

"Dengan berat hati, sudah ada," jawab Chan dengan muka rada muram. "Padahal sehari setelah Kepsek kasih mandat ke kita, Seungmin udah punya naskah yang tinggal finishing."

Tidak heran sih, Seungmin adalah cowok yang terlihat paling kalem diantara kami semua. Sebagai anak Klub Drama, ia lebih pada bagian naskah yang intinya bekerja di belakang panggung.

"Tapi," Felix menambahkan. "Headmaster dengan seenak jidat, define our script dengan drama percintaan klise."

Mukanya yang kebulean itu langsung muram cenderung tak suka. Aku jadi penasaran, seklise apa naskah yang diajukan si Kepsek kami.

"Cerita macam apa yang dia ajukan?" tanyaku penasaran.

Chan membuka suara dan menjelaskan padaku dan Minho, kami menyimaknya dan pada akhir penjelasan aku tidak bisa mengurungkan niatku untuk menyuarakan isi hati.

"Arghhh!!! Gue nggak mau jadi VJ-nya! Dramanya murahan banget!"

Kurasakan tangan Minho yang menepuk bahuku. "Lo mending cuma VJ, gue... malah jadi aktornya. Catat, aktornya!!!"

Aku memejamkan mata saat kurasakan beberapa ludah Minho muncrat dengan bar-bar ke mukaku yang super cakep ini. karena saat ini aku malas banget buat adu bacot, maka aku diam-diam mengusapnya dengan tanganku.

"Ya ampun kalau begini jadinya kita bisa kalah sebelum eksyen dong!" protesku. "Drama macam ini bukannya jelek, ini mah bagus banget di masanya. Tapi karena sekarang banyak yang udah mengangkat tema itu kan jadi nggak kece lagi kalau kita ikut-ikutan angkat tema yang sama."

"Gue juga mikirnya begitu, Hyun," Seungmin bersuara, terdengar santai tapi tidak bisa menyembunyikan kekecawaan di hatinya. "Bukannya naskah gue yang harus diangkat, tapi plis deh, dari sekian banyak cerita yang dikirim anak-anak ke Klub Jurnalistik, seenggaknya satu aja dari karya mereka kita angkat."

"Yep, karya mereka bagus-bagus kok," tambah Jisung.

"Atau karya lukisan lo sekalian," kali ini Woojin menyahuti dengan tawa renyah.

Cowok yang gaya makannya mirip tupai itu diam-diam mengetuai Klub Kesenian, meski kelihat badung begini, diam-diam dia hobi ngetem di ruang kesenian entah hanya sekedar untuk bersih-bersih maupun hal lainnya.

[1] CTRL + C ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang