???
Tepat sebelum misi membantu Xion.
Aku berdiri di depan pintu yang bertuliskan 325, hatiku mendadak menggebu-gebu saat pintu itu bergeser mempertontonkan pasien yang tengah berbaring begitu prihatin.
Tangannya yang dulu memang sudah kurus makin kurus. Dulu pipinya gembul begitu imut kini tirus memperlihatkan rahang tegasnya. Tapi tetap saja Yang Jeongin tetap imut.
"Bunuh Yang Jeongin! Dua tahun ini sudah merepotkan, memakan biaya besar, enak saja dia cuma leha-leha diatas ranjang, seharusnya uang biaya pengobatannya milikku!"
Suara seseorang serakah kembali terngiang di otakku.
"Katanya, roh Yang Jeongin berkeliaran dengan keadaan amnesia, baguslah, sekarang akhiri hidupnya."
"Bagaimana?"
"Apanya?! Bunuh dia, cekik, halangi pernapasannya, apapun, pakai otak lo!"
"Maksudnya, cara agar roh dan raganya sama-sama mati. Percuma membunuh raganya, jika rohnya masih tetap berkeliaran, Minho akan tetap bersamanya. Omong-omong, Minho sudah berkunjung ke sana."
"Sialan! Dia sudah tau rupanya. Pergi ke alamat ini, tanyakan cara utuk membunuh Yang Jeongin."
"Baik."
Akhirnya aku menuju alamat yang diberikan orang itu, untungnya tempatnya tidak jauh dari rumah sakit.
Tempat yang aku tuju adalah sebuah tempat praktek paranormal, namun tidak seperti yang digambarkan di film-film bahwa tempat itu seram, memiliki bangunan klasik, banyak ornamen khas mistis, dan bau dupa yang semerbak, melainkan ruman minimalis modern pada umumnya.
Owner tempat ini juga bukanlah kakek-kakek berjenggot panjang dengan setelan baju daerah dan keris yang terselip di punggungnya, tapi pria paruh baya yang lebih tepat disebut hot daddy.
"Kamu yang dia bilang ya?"
"Ya."
"Silahkan masuk," dia mempersilahkanku duduk sedangkan istrinya menyiapkan teh dan camilan dihadapanku. "Tujuanmu?"
"Bukannya sudah dia jelaskan?"
"Memang, tapi aku tidak mau jadi pembunuh," jawabnya ringan diakhiri dengan tawa renyah.
"Berkhianat, heh?"
"Hanya mencegahnya semakin jatuh, kasihan."
"Jika dia meminta agar Jeongin mati, maka aku meminta sebaliknya. Cara mengembalikan rohnya."
"Ada satu cara, tapi semua ini tergantung takdir. Jika memang sudah waktunya Jeongin kembali maka akan kembali."
"Kembali? Kembali ke bumi atau ke tubuhnya?"
"Percayakan kepada Tuhan."
Pria itu memberikan suatu bubuk halus yang aku tahu kalau itu garam.
"Cepatlah, tadi Xion dan Sanha ke sini, dia meminta sesuatu untuk memagari roh pendatang dan pelenyap roh."
"Ya ya, terimakasih infonya, aku pamit."
"Tunggu, Changbin baik-baik saja?"
"Semuanya baik-baik saja."
Kembali ke masa sekarang. Setelah mengamati wajah damai Jeongin aku memeriksa ponselku lalu membuka sebuah aplikasi ciptaanku sendiri.
Aplikasi itu menghubungkanku dengan bom yang dipasang di gudang bawah tanah, jadi aku tahu kapan bom itu aktif dan meledak, singkatnya aku bisa mengendalikannya lantaran itu adalah bom waktu rakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] CTRL + C ✓
Mystère / ThrillerKepsek kami memberi tugas yang rada aneh, tapi tetap kami lakukan lantaran dihadiahi jam kosong serta keistimewaan lain. Namun, di beberapa ruangan yang sering kami santroni mendadak teman-teman kami tergolek dengan riasan yang bagus banget, seperti...